Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

Cita-Cita Kanak-Kanak

Seberapa besar pengaruh tayangan hiburan? Setiap orang pasti berbeda. Aku menonton madagaskar 3. Lalu aku ingin sekali kuliah di teknik nuklir, tidak ada yang lain. Sampai sekarang? Tapi sekarang setelah banting stir jauh... sekali, aku masih ingin, suatu saat nanti, punya reaktor nuklir. Itu hanya kartun. Tapi... aku sungguh ingin, sungguh-sungguh ingin, itu tampak hebat sekali! Kelak aku akan bisa mengendarai mobil supercepat, murah dan ramah lingkungan. Itu... wow! Mengapa aku selalu termakan kartun ya? Dulu ingin mobil seperti punya keluarga Eliza. Yang ayahnya ahli biologi. Aku juga terharu melihat apapun itu namanya, seperti sepeda terbang, menyambut dalam upacara, seperti yang ada di Doraemon. Itu mengagumkan bener. Aku juga ingin punya kebun cabe. Tanaman cabe itu cantik, indah, dan cabe itu melengkapi rasa. Tanpa cabe, makanan seenak apapun terasa kurang mantap bagi sebagian orang. Cabe memang menakjubkan. Cabe membuat orang memilih sambal tempe daripada ayam goreng. T

Mentoring Sebagai Solusi Terorisme

Coba baca buku "Membentangkan Ketakutan: Jejak Berdarah Perang Global Melawan Terorisme". Itu buku yang luar biasa, membuat aku berpikir, mengapa tidak pernah terpikir untuk masuk HI? Padahal cita-citanya kan menteri luar negeri? Aneeh. Buku itu menjelaskan secara sangat objektif dan ilmiah menurutku. Hati-hati dan jelas. Membacanya mengingatkan hutang kalimat: "Mentoring Sebagai Solusi Terorisme". Gemas sekali mendengar pernyataan Pak Polisi yang tayang di TV. Katanya remaja rawanlah, agamawan tidak perhatianlah, halaah, berlebihaan. Di semua SMA negeri di Jogja sih, mentoring itu wajib bagi kelas X dan sunnah bagi kelas XI dan XII. Dan, selesailah masalah. Mentoring itu kan belajar Islam dari dasar. Syahadat, sholat, puasa, iman, berbakti pada orang tua, menuntut ilmu, berjilbab, asik bener lah. Lha, kalau ada yang suka bicara agama tapi nggak mentoring, nggak rohis, nggak mau dateng pengajian, langsung kena kan? Tapi apa ya ada? Yakin itu bukan masalah sederh

Islam Dihatinya

Islam Dihatinya Ia, orang yang menjadikan ridha Allah sebagai cita-citanya, identitas sebagai muslim hingga akhir hidup sebagai suksesnya, dan masuk surga sebagai tujuannya. Islam Dihatinya Ia, orang yang menjadikan ilmu sebagai kasihnya, dakwah sebagai cintanya, dan kebenaran sebagai langkahnya. Islam Dihatinya Ia, orang yang menjadikan kejujuran sebagai nafasnya dan keadilan sebagai darahnya. Islam Dihatinya Ia, orang hebat dengan keberanian luar biasa. Kuat tangannya, tegas ucapannya, lembut hatinya. Islam Dihatinya Ia, orang yang telah dipilih karena telah berusaha memantaskan dirinya menjadi salah satu cahaya bagi dunia. Islam Dihatinya Ia, orang yang teriring ketakjuban, kekaguman, dan keterkesananku padanya. Ia? Tidak! Tidak hanya satu. Aku yakin, begitu banyak orang baik di luar sana yang tidak kita kenal. Orang-orang dengan Islam Dihatinya.

Ingin Jadi Dokter

Sempat beberapa hari ketika SMA, aku ingin menjadi dokter. Menyembuhkan luka, menyelamatkan jiwa, merawat kehidupan, menolong yang membutuhkan. Aku lihat menjadi dokter adalah berbakti, berbagi, berarti, bermanfaat, mengabdi, manis sekali. Aku ingin jadi relawan internasional, tim penolong pertama dalam setiap luka di seluruh dunia. Aku ingin jadi orang berguna, banyak pahalanya, dan masuk surga. Hebat para dokter itu, lebih efektif bila berdakwah. Bisa melarang rokok, miras, narkoba, pergaulan bebas, dan sebagainya. Relatif lebih didengar daripada slogan-slogan. Hanya bicara "Mau sembuh tidak?" "Anda beresiko sekali terkena AIDS!" orang lebih takut, lebih yakin. Tapi aku tidak bercita-cita jadi dokter. Aku tahu kelebihan-kelebihanku dan kekurangan-kekuranganku.

Bapak Rasyid Bawedan

Bapak Rasyid Baswedan meninggal hari ini pukul empat pagi. Di sekitar rumahnya, rumah para tetangga juga ikut terbuka lebar menerima banyak tamu. Bunga duka cita banyak berjejer di sepanjang beberapa gang, terus bertambah. Yang aku tahu beliau adalah orang baik, istri beliau orang baik, dan anak beliau orang baik. Beliau adalah kepala keluarga dari tokoh-tokoh pendidikan yang baik. Mudah-mudahan amal ibadah beliau diterima di sisi Allah, dilipatgandakan pahalanya, diampuni dosa-dosanya, dan dimasukkan ke dalam surga.

Belajar Non-Eksak

Belajar non-eksak itu membutuhkan energi lebih. Saat mata sampai kebal safecare, kepala sudah teklak-tekluk. Ternyata perjuangan baru dimulai. IPC itu baru pemanasan. SBMPTN dalam posisi sakit itu bukan apa-apa. Dan sekarang, dikelilingi orang-orang yang pintar dan rajin membuatku gemas pada diri sendiri. Bisa tidak, belajar belum tahan. Belum paham. Dan rasanya senang sekali ketika adik yang di asrama datang minta diajari matematika. Kerinduanku pada angka terobati sudah. Aku merasa diisi ulang dengan energi yang menyegarkan. Hanya hitungan sederhana. Kini aku semakin meyakini bahwa tidak ada ilmu yang pecuma. Kecuali ilmu sihir ya. Kuceritakan dengan bahagia kepada ibuku, "Rasanya segar kembali," Ibuku hanya geleng-geleng kepala, seperti ketika aku ngotot masuk psikologi tanpa modal "Oalah Nduk, Nduk." Aku memang anak sosial gadungan. Tapi aku harus belajar untuk kuat. Dan menghapus kekhawatiran ibuku, karena aku akan menghadapi hafalan-hafalan-hafalan. Le

Perendahan Perempuan di dalam Budaya

Kita tahu kisah yang ditulis seorang penulis Eropa berjudul Cinderella. Ia cantik, cerdas, baik hati, dan rajin. Ia diberi semua pekerjaan di rumah tapi semua ia kerjakan dengan baik. Ia dianaktirikan tapi ia tak pernah dendam dan selalu menyayangi ibu dan saudara tirinya. Tapi apa yang ia dapat dari kelebihan-kelebihannya? Menikah dengan pangeran. Hanya itu? Semurah itu harga kebaikannya? Semahal apa pangeran itu sehingga Cinderella yang "sempurna" dihadiahi pangeran sebagai akhir dari perjuangan hidupnya? Kita semua juga tahu cerita Bawang Merah dan Bawang Putih. Mirip dengan Cinderella. Entah cerita mana yang muncul lebih dulu. Dan entah apakah kedua cerita ini muncul dari induk cerita rakyat yang sama. Kita juga tahu banyak dongeng bertokoh utama perempuan yang cantik dan baik hati berakhir sama. Semurah itukah harga seorang perempuan? Hanya pangeran? Atas ketulusannya, hatinya yang tanpa dendam, ketekunannya, kecantikannya, keanggunannya, kecerdasannya, dan hanya i

Terharu

Terharu melihat di atas sana, di bawah naungah biru cerah yang teduh, ia berputar putar, tulisan berkibar kibar. Itu.. mirip seperti sepeda terbang yang ada di doraemon beberapa hari yang lalu... yang ingin kusaksikan sampai seesai tapi harus kutinggal untuk tugas. Aku terharu. Melihatnya terbang. Seperti sepeda terbang manusia burung dalam kartun doraemon. Meski berbeda. Dari jauh tampak sama. Lalu sepanjang upacara pesawat tanpa awak berputar-putar di atas kepala, mengabadikan seremoni. Aku teringat Mesir. Kisah para demonstran yang membuat pesawat tanpa awak tapi bentuknya seperti dalam film 3 idiot. Tidak sama sih, tetapi ada kemiripannya. Pesawat itu memotret demonstran dari atas. Lalu marching band dengan lalu Papua Mutiara Hitam dari Timur. Teringat indahnya Papua dalam acara si bolang. Besok, kalau aku sudah jadi orang yang baik, berkarakter menyenangkan, berkepribadian menawan, aku ingin ke sana, belajar dan mengajar. Mengapa aku takut berbagi plan A life plan ku? Aku