Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

Jika Allah Tuhannya Maka Merdeka

Sebelumnya, aku ingin mendoakanmu dengan doa yang indah, Salam cinta karena Yang Maha Cinta, Pencipta Cinta, Pemberi Cinta, Pemilik Cinta, Sumber Cinta Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ... Jika Allah Tuhannya Maka Merdeka Jika Allah Tuhannya maka merdeka Tiada kesedihan Tiada ketakutan Tiada kekhawatiran Karena berlindung pada Yang Maha Pelindung Karena tentram hati pada Yang Maha Kuasa Jika Allah Tuhannya maka medeka Tiada kekecewaan Tiada kegelisahan Tiada keputusasaan Karena yang dirindu adalah Pencipta Kerinduan Karena yang dicinta adalah Pencipta Kecintaan Jadi, bergantung pada-Nya berarti merdeka Melepaskan diri dari semua yang lainnya Meniadakan setiap rasa tanpa dasar Tunduk pada Pencipta, Penguasa, Pemilik, Pengatur Yang Merawat dengan Kemahasempurnaan-Nya Hanya menyembah-Nya Sembahlah Allah Maka merdeka Tiada kesakitan, ketakutan, kesedihan pada sesuatu apapun di dunia ini

Kata Ayah Soal Keadilan

Kata ibu soal keadilan adalah tidak ada keadilan di dunia ini. Mungkin untuk saat ini. Mungkin bisa selamanya. Karena Yang Adil hanya Allah, Yang Selalu Adil hanya Allah, dan Yang Maha Adil hanya Allah. Itu kata ibuku, menentramkan kegemasanku pada hal-hal yang kurasa pantas untuk disebut sebagai ketidakadilan. Sejak aku kecil, selalu begitu. Ayah berpendapat sama, dengan cara yang berbeda. Allah itu Maha Adil. Katanya suatu saat. Maka, ia beikan keberhasilan kepada seseorang di dunia sesuai dengan usahanya untuk meraih keberhasilan itu. Bukan dari kedekatan. Maka jika ada orang jahat yang berhasil menggunakan kecerdasannya untuk meraup keuntungan pribadi dan merugikan orang lain, bukan berarti Allah tidak adil. Justru itu berarti Allah Maha Adil, memberi hasil sesuai dengan usaha dan ambisinya. Ia melanjutkan. Aku setuju. Allah tidak pernah KKN. Maka usaha dan doa tidak boleh terpisahkan. Usaha akan mensukseskan. Dan doa akan membuat lebih barakah. Dengan doa, usaha tidak hanya

Kalau Tahu Begini

Kalau tahu begini, mungkin aku akan diam. Kalau tahu begini, mungkin aku akan tidak maju. Kalau tahu begini, mungkin aku akan gugup. Tapi aku sudah terlanjur tidak tahu. Salahku juga. Seharusnya aku tahu. Atau paling tidak mencari tahu.

Meeting

You and me together as a family Satukan tekad jadikan bulat kita hebat Kita banyak Kita beda Kita berwarna-warni Kita bermacam-macam Kemudian kita disatukan Bersama-sama Sebagai keluarga Kita dipertemukan Kita bertemu Dalam pertemuan Saling memandang Lalu kita berkenalan Berusaha mengenal dan dikenal Kemudian kita akrab Karena kita satu rumah Maka ita satukan tekad Kita bulatkan tekad Kita calon orang yang lebih hebat lagi! :)

Aku dan Jilbabku

Mulai akhir-khir sd, aku malu sendiri. Tanpa diarahkan orang tua. Orang tua sendiri heran. Ini anak perempuan dulu ke warung baju tanpa lengan kok sekarang jilbaban? Ini anak nggak pernah pake rok kok dibeliin dua dipake terus? Aku tidak tahu apa itu panggilan dari hati. Apakah ia semacam gelombang elektromagnetik? Atau gelombang mekanik? Atau partikel yang bermassa sangat kecil sekali? Yang jelas, aku ingin berpakaian rapi. Titik. Alasan belakangan. Peduli amat dengan sebab. Maka aku merasa berproses sedikit demi sedikit. Dididik untuk naik tingkat satu demi satu. Alhamdulillah aku belum pernah mundur terlalu jauh. Soal sebab, alasan, motivasi, apapun namanya, peduli amat. Aku ingin. Dan aku berjilbab. Selesai. Kemudian aku merasa lebih simpel. Merasa lebih nyaman. Merasa lebih jadi diri sendiri. Aku mengatur diriku sendiri. Bukan iklan atau kata orang. Ini bukan masanya lagi. Aku sudah terlalu besar untuk pantas termakan iklan. Aku merasa berkembang menjadi lebih baik sedik

Aku Minta Penghargaan

Aku akui ketidakikhlasanku. Aku ingin penghargaan. Aku minta pengakuan. Aku memang angkuh. Menganggap semua berkat usahaku dan kuasa-Nya. Menafikan jasa siapa saja. Mungkin cibiran itu menguatkan. Tapi sekali lagi. Aku akui ketidakikhlasanku. Aku minta penghargaan. Beri aku contoh caranya menghargai. Aku ini bodoh. Harus melihat contoh. Agar bisa dan mengerti. Aku tidak tahu teori apa ini selain hukum III Newton. Besar gaya aksi dan reaksi sama, hanya berkebalikan arahnya. Aku memang tidak berperasaan. Semua kulogika. Maka masuk akalkah jika aku harus merayu palsu dan berucap kedustaan yang indah? Aku memang tidak bijaksana. Tapi paling tidak aku bisa berpikir. Salahkah bila aku meminta keadilan? ------------ Aku ingin berpuisi Karena setiap puisi nonpicisan adalah puisi yang indah ------------------- Aku bermaksud mempermudah. Mudah-mudahan begitu.

Sepucuk Surat Untukmu

Saudaraku, tidak pantas aku ucapkan untukmu: bersabarlah. Karena aku belum mengerti apa itu kesabaran, di saat engkau telah meniupkannya dalam setiap langkah. Saudaraku, tidak layak aku menyemangatimu. Aku ini lemah, payah, berantakan. Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan perjuanganmu yang pantang menyerah. Saudaraku, malu aku mendoakanmu. Sebab engkau jauh lebih dekat pada Yang Maha Mengabulkan Doa daripada aku. Aku merasa rendah diri, sekaligus iri, dan tersindir luar biasa. Lalu, apa yang bisa kulakukan untukmu? Agar engkau tahu, di hatiku tak hilang, kepedulian dan cinta yang mendalam. Juga segenap kekaguman dan rasa hormat. Aku hanya bisa menitipkan air mata pada malam yang diam. Menitipkan kata-kata pada sunyi yang dingin. Dan membisikkan doa dalam gelap yang bercahaya. Semoga Allaah memberkahi aku dan engkau, menetapkan hatiku dan hatimu agar mencintai kebenaran, dan menguatkan jiwaku dan jiwamu agar selalu memperjuangkannya. Semoga kelak Allaah mempertemukan kita

Gatheng: Permainan Tradisional Anak-Anak

Terakhir kali bermain gatheng adalah ketika SD. Dan seharusnya setelah itu sudah karena sudah bukan anak-anak lagi. Tetapi rasanya kangen. Dan sayangnya jarang ada yang mengerti permainannya. Gatheng dimainkan secara berkelompok. Paling ideal satu kelompok empat orang. Kemudian setiap orang memilih sebelas batu. Jangan kerikil. Kira-kira dua batu dapat digenggam oleh satu tangan. Salah satu batu disebut "gacuk". "Gacuk" tidak boleh berpindah tangan. Kemudian membuat persegi dengan sisi antara 50-100 cm. Kemudian setiap anak menaruh lima batunya ke dalam kotak dan menyimpan lima batu lainnya. Batu-batu di dalam kotak ditumpuk. Pemain pertama akan melempar "gacuk" ke atas. Setelah itu, tumpukan batu dijatuhkan sehingga batu-batu saling terpisah di dalam kotak. Kemudian "gacuk" yang dilempar ditangkap sebelum jatuh. Jika ada batu di garis atau di luar garis diambil oleh pemain tersebut. Setelah itu melempar "gacuk" ke atas lagi, meng

Pelajaran Hari Ini

1. Jangan malas mencabut kabel tv, charger, vcd player, mesin cuci, ketika tidak digunakan. Menghabiskan energi berwatt-watt. Mari hemat energi karena kita cinta bumi. 2. Ayo menggunakan apotek hidup dan memiliki tanamannya juga. Akan lebih alami dan menghias juga. Obat tanpa efek samping yang terlalu berbahaya. 3. Jangan golput. Walaupun merasa semua calon buruk, pilih yang terbaik. Golput artinya membiarkan orang yang buruk berhasil menang. Gunakan hak pilih. 4. Manfaatkan barang bekas. Dengan kreativitas, barang yang layak buang bisa diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan menarik. 5. Jangan suka menyalah-nyalahkan orang lain karena merasa iri. 6. Pendidikan moral perlu ditekankan sedini mungkin. Tapi saya tidak setuju ada pendidikan yang jauh. Jadi sebaiknya seluruh lembaga pendidikan sama-sama berkualitas bagus sehingga setiap anak di PAUD, TK, dan SD-nya akan berteman dengan tetangga-tetangganya. Tidak perlu antar jemput dan mereka akan saling bersilaturahmi di lua

Puisi: Di Atas UGM

Di atas UGM Burung-burung beterbangan Kembali pulang ke sarang Pada sore yang rindang Ke atas pohon-pohonan Setelah lelah mencari makan Seharian Kalau bisa disebut puisi, puisi itu saya susun sebelum menjadi bagian dari UGM :-) Saya juga menghadiri pembukaan RDK :-) Mungkin semacam "memancing masa depan"? :-) Tapi ilmu non-eksak itu sulit, tidak bisa dilogika, harus hafal semua. Bukan paham konsep dasarnya lalu "sukses tanpa belajar" :D