Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

Menuju 68 Tahun Indonesia

Menuju 68 tahun Indonesia, yang merdeka pada 17 Agustus 1945. Dan setelah itu, negara pertama yang mengakuinya adalah... ini soal SD, semua yang lulus SD pasti tahu, ini soal LKS turun-temurun dari generasi ke generasi. Maka jawabannya adalah... ya, Mesir. Sayangnya, sudah hampir 68 tahun, masih saja, tidak keren-keren juga. Coba lihat Amerika. Kalau ada suatu kejadian, pasti dimintai pendapat, diajak campur tangan. Kapan Indonesia seperti itu? Membayangkan, alangkah kerennya bila pemerintah Indonesia berani berbicara tegas seperti Bapak-Bapak Proklamatornya, pasti Indonesia akan menjadi negara yang sangat disegani, dan bila orang-orang Indonesia pergi keluar negeri, akan disambut dengan ramah dan hormat. Tinggal komentar bapak-bapak, katakan beberapa kalimat yang akan membuat Indonesia terhormat, kalimat-kalimat yang cerdas dan jujur. Atau bapak-bapak ingin kursus menjadi komentator dulu? Coba latihan dari orang yang sering demo. ------------------------------------ Saya tid

PAYAH!

SAYA BENAR-BENAR GEMAS. Mengapa saya begitu payah? Ini keterlaluan! Saya kehabisan kata-kata.  Ketik, hapus. Ketik, hapus.  Karena ini sulit sekali. Sangat menggejolakkan emosi.  Ini tentang orang-orang yang ingin dilenyapkan pemerintahnya sendiri dan tetangga-tetangganya karena beda agama.  Ini tentang orang-orang yang merdeka di zaman dahulu, tiba-tiba dijajah di zaman modern, puluhan tahun diperangi, berusaha dimusnahkan.  Ini tentang orang-orang yang sampai harus bertanya pada ulama-ulama, bagaimana jika berpuasa tanpa sahur dan berbuka. Ini tentang orang-orang yang diperangi pemimpinnya karena berbicara dan minta didengar, karena berpendapat dan minta keadilan.  Ini tentang Ramadhan. Di belahan bumi lainnya orang-orang yang hidupnya berusaha disengsarakan oleh orang-orang yang jahat, justru menjadi tampak aslinya. Mereka shalat begitu panjang, puasa begitu tenang, membaca Al-Qur'an malam dan siang, berbuat baik terus-menerus meski dalam kes

Tentang Sebuah Impian Kecil yang Abadi

Sejak lima tahun yang lalu kira-kira, pindah ke sebuah tempat yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Tapi bukan itu ceritanya. Ceritanya adalah tentang anak-anak masa kini yang dirampas masa bermainnya. Mereka hanya tahu perkelahian dan balapan. Menangan main game tapi lama kalau diuji mengetik oleh gurunya. Sayang sekali, anak-anak yang hidup dengan lagu centil, tayangan sok imut, dan tokoh kegenitan. Yang dibaca adalah media sosial dan pesan singkat, begitu juga yang ditulis. Tidak ada bermain, berpetualang, berimajinasi, dan tertawa. Mungkin juga mereka sudah dibuat lupa, bahwa novel remaja yang dibeli putus sejuta per dua puluh itu untuk orang yang umurnya di atas mereka, dan tentu saja orang yang tidak punya cita-cita. Mereka hanya tahu game, padahal asyik sekali menangkap kupu-kupu dan belalang, menjinakkan mereka sampai menjadi penurut, lalu melepaskannya kembali. Mengejar burung kecil, mengumpulkan sedotan, berbaring di atas rumput, bermain tanah, naik pohon, mungkin su

Melangkah Jadi Mahasiswi, Ingat SD

Mengingat SD berarti mengingat kenangan indah yang telah mengantarkan menuju cita-cita. Di sana dibekali pendidikan karakter tanpa kurikulum 2013. Di sana kami semua berbeda, dan itu membuat kami yakin bahwa perbedaan itu benar-benar sebuah keindahan. Jika ada yang bilang itu hanya terjadi pada pelangi, maka kami adalah pelangi di bumi. Kami angkatan pertama SDIT Salman Al Farisi, semacam kelinci percobaan kata orang kalau mendengar angkatan pertama. Kelinci percobaan yang berprestasi melampaui yang sudah berpengalaman. Kami diajar guru yang sebagian besarnya tanpa latar belakang pendidikan dan keagamaan. Tapi kalau diniatkan Islam dasarnya, pasti akan indah kan? Semua begitu manis, sampai hadir kenyataan pedas beberapa tahun yang lalu bahwa kami tidak akan pernah bisa reuni lagi, entah sampai kapan, yang berarti mungkin selamanya. Dan kenyataan pahit juga, kabar beberapa hari sebelum kami ujian, kini kami tak lengkap lagi. Mudah-mudahan amal sahabat kita diterima di sisi Allah. Aa

Ketika Jilbab Jadi Halangan

Sebelumnya, selamat dulu pada polwan, karena sudah diizinkan berjlbab. Entah mengapa ada yang kontra, jahatnya melanggar hak asasi manusia. Entah mengapa ada yang bilang yang berjilbab jadi kurang bagus, ah apa buktinya. Kami berjilbab dan kami bisa. Bisa apa? Ya bisa bermanfaat dengan memaksimalkan potensi di bidang masing-masing. Insya Allah. Aamiin.  Yang menggemaskan, ketika ada anak sekolah dasar yang berjilbab satu-satunya di sebuah sekolah dasar kurang bagus yang tidak terkenal, Alhamdulillah juara, disuruh foto lagi. Katanya ijazah nggak boleh pakai jilbab. Mungkin gurunya lupa kalau dia punya dua kakak yang berjilbab juga, jadi dia tahu gurunya berbohong.  Sayang sekali, di zaman begini, masih ada hal seperti itu. Mudah-mudahan tidak terulang lagi. Dan kabar baiknya, guru-guru yang macam itu sudah tua, akan pensiun. Akan digantikan dengan guru-guru muda yang hebat, pintar dan niat. Penggantina sarjana, master, doktor, yang profesional. Aamiin. 

Untung Bukan Aku yang Jadi Presidennya

Untung bukan aku yang jadi presidennya. Bukannya minta maaf, tapi malah "Heh, bilang sama rakyatmu yang numpang cari uang di negaraku, tanggung jawab sama tuh asap, udah ganggu hidup rakyatku di Sumatera". "Eh, orang cari duit di negara orang, udah diusahain tuh ngabisin duit banyak. Ganti! Pokoknya kalian semua harus ganti sepuluh kali lipat!" Kalau yang terjadi begitu, dunia ini jadi apa ya? Yang pasti uang ganti dari perusahaan-perusahaan pembakar itu lumayan juga bisa buat nurunin harga bensin. Eh, kok kayak lima tahun yang lalu ya? Penasaran juga, habis baca berita di Republika. Orang Indonesia dibilang suka nyalah-nyalahin Israel sama Yahudi. Katanya sih itu antidamai. Katanya juga Indonesia memancing peperangan. Kata siapa? Ya, kata siapa ya, kira-kira kata siapa? Emang peperangan ikan, dipancing? Bisa dimakan po? Itu satu genus sama nila kayaknya. Enak tuh kalau digoreng setengah mateng, terus dimasak pakai bawang putih, bawang merah, garam, jahe, banyak c