Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Perempuan dan Pelacuran

Saya perempuan. Saya malu melihat atau mengetahui perempuan lain memakai pakaian yang terlalu terbuka. Entah mengapa mereka yang melakukan tidak malu. Saya tidak habis pikir. Atau jangan-jangan, mungkin ada yang malu ketika melihat saya berjilbab diulur tidak dililit, dan pakai rok panjang, dirangkap celana panjang pula. Mungkin ada. Entahlah. Tapi yang jauh lebih menyesakkan, ketika seorang pejabat, perempuan, berjilbab, yang menolak menutup pelacuran karena menurutnya PSK adalah pahlawan. Ya Allah, beliau butuh psikolog! Ilmu pengetahuan mana, nilai mana, norma mana, agama mana, yang menyetujui pernyataan itu?! Oh, ada LSM yang setuju, yang bicara perempuan juga! Ya Allah! Katanya para PSK pahlawan keluarga, mereka bekerja demi hidup keluarga. Lalu, mengapa solusinya adalah lokalisasi tetap ada? Bukan menambah lapangan pekerjaan? Eh iya, suaminya kemana? Ayahnya kemana? Pamannya kemana? Saudara laki-lakinya kemana? Itu kan kewajiban mereka. Kok perempuan yang harus bekerja, menju

Pilih Mereka!

Mereka yang bangkit ketika yang lain tidur, pilihkah mereka. Mereka yang bicara ketika yang lain bungkam, pilihlah mereka. Mereka yang bergerak ketika yang lain diam, pilihlah mereka. Mereka yang bekerja ketika yang lain membangun citra, pilihlah mereka. Mereka yang berkarya ketika yang lain cari muka, pilihlah mereka. Mereka yang cemerlang sejak muda ketika yang lain membuka mata setelah tua, pilihlah mereka. Mereka yang muda dengan kejujuran, pilihlah mereka. Mereka yang berprestasi tanpa kecurangan, pilihlah mereka. (79 Hari Menuju Pesta Demokrasi)

Ini Kisah Tentang Seorang Lelaki

Ini kisah tentang seorang lelaki. Muhammad namanya. Ia pergi ke Thaif. Akan berdakwah di sana. Menyampaikan kebenaran, membuka indera dan akal masyarakat bahwa paganisme tak berdasar. Pencipta tak mungkin diciptakan. Maka Pencipta yang sesungguhnya adalah Allah yang memerintahkan manusia kepada kebaikan. Ia datang berdua saja dengan seorang anak muda. Tetapi sesampainya di sana, ia disambut lemparan batu, bahkan oleh anak kecil. Dihujani pula dengan sebutan orang gila. Ia bahkan belum menyampaikan maksudnya. Ia baru datang saja. Ia tidak membawa apapun yang bisa membahayakan. Ia hanya datang ingin menyampaikan kebenaran, karena cinta di hatinya tidak tega melihat orang lain terjerumus dalam kesesatan. Ia, berlari menghindari hujan batu, berdua. Berdarah luka di tubuhnya dari lempatan batu. Kakinya pun mengalirkan darah, tapi ia harus terus melangkah. Tertatih, perih, ia menjauh dari kerumunan massa pelempar batu yang telh melukainya dan sahabat mudanya. Datanglah malaikat penjaga

Lingkaran Terdalam Kehidupan

Kini aku paham, setiap kita pasti memiliki lingkaran terdalam kehidupan. Ia berisi keluarga biologis, keluarga sosiologis, dan keluarga ideologis. Keluarga biologis karena keturunan, keluarga sosiologis karena seringnya berinteraksi, keluarga ideologis karena sehati. Dulu aku begitu heran. Seorang tokoh yang menjadi puncak pimpinan dalam suatu organisasi ternyata gugup kala berbicara. Tapi ternyata ia begitu hebat, begitu cemerlang, tegas, gagah, dan berwibawa, ketika berbicara di luar forum itu. Mungkin karena dalam organisasi itu ia "hanya" anggota saja, tak harus melindungi, mengayomi, dan mewakili. Maka ia boleh gugup berbicara, grogi, padahal di luar sana ia bicara lantang, keren luar biasa. Mungkin, itulah lingkaran terdalam. Tempat orang yang sehebat apapun, secemerlang apapun, semendunia apapun kekerenannya, mengisi ulang semangatnya untuk kemudian keluar kembali dan menebarkan manfaat serta memancarkan cahaya kebaikan bagi dunia. Lingkaran terdalam bagaikan saran

Makan Siang dan Berat Badan

Inikah kuliah? Tak ada yang berubah. Selain kata maha di depan siswa dan waktu luang siang-siang. Dan seperti biasa, waktu luang adalah untuk membaca dan memikirkan berita-berita yang berseliweran dimana-mana. Satu lagi yang berubah adalah soal makan siang. Dulu waktu SMA, sepulang sekolah bisa jadi ada praktikum, ekskul, atau pergi main ke suatu tempat, mungkin melanglang buana mencari ilmu dari forum ke forum, atau membahas sesuatu. Membawa bekal tidak banyak membantu. Waktu istirahat siang dari sekolah habis untuk shalat dzuhur. Sepulang sekolah, mungkin baru sempat. Atau kumakan saat perjalanan pergi kalau dapat tempat duduk. Atau saat perjalanan pulang kalau dapat tempat duduk. Tapi yang paling sering, kumakan ketika sudah sampai di rumah. :D Dengan segala aktivitas SMA yang memenuhi hari-hari, membutuhkan fisik, dan pikiran, akupun menumpang timbangan di apotek seberang sekolah. Setelah hari-hari berlalu penuh kelelahan tanpa makan siang, kusaksikan berat badanku naik empat