Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2015

Beberapa Orang Mudah Ditebak

Beberapa orang mudah ditebak. Atau aku yang terlalu suka menbak-nebak? Berprasangka, tapi-hei, sekarang apa yang aku dapat di kelas bisa membantuku dalam menebak. Misalnya, untuk menebak dimana suatu produk yang kucari diletakkan. Untuk orang introvert sepertiku, itu akan sangat membentu. Tanpa perlu bertanya, atau melihat lama-lama. Cukup cek di tempat-tempat yang mungkin, kalau tidak ada ya berarti kosong. Atau untuk mencari dimana suatu fasilitas ditempatkan. Tapi bukan itu ceritanya. Beberapa orang mudah ditebak. Tapi tampaknya mereka hanya membiarkanku bisa menebak. Apa yang ada dalam pesan singkat, kata-kata, atau isyarat, bisa menunjukkan apa yang akan dikatakan setelahnya. Bahkan pendapatnya tentang sesuatu, atau tebakannya atas dirimu. Beberapa orang bisa ditebak, jika kamu mengenalnya dengan cukup baik.

Aku Tak Setegar Itu

Sungguh, aku tak setegar itu. Di suatu malam, tiba-tiba aku menangis. Di depan dua orang yang tidak pernah melihatku menangis, yang hanya diam. Aku hanya bisa mengucapkan satu kalimat, “Gimana rasanya nggak dipercaya?” Konyol kalau diingat sekarang. Bukankah saat itu mereka berdua yang bercerita, mendadak meragukan kedekatan yang selama ini mereka jalin dengan orang-orang yang saat itu mendadak tak meramahi lagi. Mempertanyakan kebersamaan selama ini. Mengungkapkan rasa terluka karena senyum dan sapa dibalas palingan muka. Lalu kalimat itu keluar dari mulutku. Dan aku menangis. Mereka berdua terdiam. “Kalo nggak dipercaya, kenapa harus dipilih?” Kalimat kedua yang berhasil kuucapkan. Percakapan singkat itu lalu segera berlalu. Aku bangkit dan pamit. Mereka berdua, anak psikologi yang nyikologis banget itu, pulang, dan aku pergi setelah mengusap air mata. Saat itu, hanya kami bertiga dan Allah yang tahu. Seorang Hanifa juga bisa menangis. Aku tak setegar itu. Aku tak setegar dia