Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Tidak Usah

Kamu berpikir aku tidak punya perasaan? Berpikirlah begitu. Karena aku tidak mau perasaanku ada di dalam pikiran orang lain. Kamu berpikir aku merasa tidak nyaman? Berhentilah memikirkan itu. Karena itu tidak penting bagi siapapun. Karena aku mampu bertahan di tempat yang sangat menyakitkan sekalipun. Meskipun itu menghancurkan, tapi bukankah tinggal diperbaiki saja? Apakah kamu berpikir aku akan merasa sedih? Jangan dipikirkan. Aku tidak menangis, bahkan ketika kelilipan. Aku tidak bisa menangis di depan orang lain. Jadi tenanglah, aku takkan menangis di depanmu. Apakah kamu berpikir aku akan rindu? Berhenti memikirkan itu. Aku sudah terbiasa disiksa rindu yang tak pernah terbayarkan, dan aku baik baik saja. Jadi tak masalah jika aku harus menyimpan rindu lagi. Jangan pikirkan aku. Coba pikirkan dirimu. Waktumu, kesehatanmu, kebahagiaanmu. Yakinlah, jika aku terluka itu bukan karena yang lain. Tapi karena mencintaimu dan selalu berupaya menjagamu.

Cinta dan Bodoh

Aku selalu merutuki diri sendiri karena kebodohanku yang terus berulang. Bodoh, tidak berpikir panjang, banyak melakukan hal yang salah. Sering merasa seperti otak berhenti bekerja. Logika menumpul. Dan emosi susah ditata. Aku memang bodoh. Tapi ini terjadi karena aku bodoh, atau jatuh cinta? ---------------------------------------- Bagaimana bisa jatuh cinta terjadi berkali-kali? Bagaimana bisa rindu meluap-luap meski sedang bertemu? Bagaimana bisa cinta dan benci hadir bersama? Bagaimana bisa rasa takut sekaligus aman menetap di hati bersama kehadirannya? Bagaimana bisa dendam dan maaf bertemu dalam satu ruang? Jelaskan padaku, karena aku sungguh tidak tahu.

Belajar dari Profesor Snape

Harry Potter adalah cerita yang sangat populer di dunia. Novel karya J. K. Rowling tersebut diterjemahkan ke berbagai bahasa dan difilmkan. Meski tokoh utamanya adalah Harry Potter, namun setelah membaca dan menonton filmnya episode terakhir, saya jatuh kagum pada tokoh Profesor Snape. Profesor Snape mengajarkan, bagaimana kita bisa menjadi orang yang paling membantu meaki tidak ada orang lain yang tahu. Meski harus dibenci semua orang. Meski harus menahan beban perasaan yang begitu berat. Bahwa ada di dunia ini, menolong luar biasa yang tampak bagai musuh di depan mata. Profesor Snape juga mengajarkan bahwa mencintai tak harus memaksakan untuk saling membersamai dan saling memiliki. Cinta adalah tentang seberapa besar kita memberi, seberapa ikhlas kita berkorban. Cinta itu ketulusan, tak berharap balasan. Hari ini, pemeran tokoh tersebut dikabarkan meninggal dunia. Mengetahui hal tersebut rasanya bagi saya seperti membaca atau menonton babak ketika Profesor Snape

Semakin Cinta

Dan kamu, menbuatku semakin cinta. Setiap tahunnya. Terus bertambah. Dan kamu, membuatku bertekad bahwa masalah sebesar apapun tidak boleh jadi penghalang antara kamu dan aku. Tidak boleh jadi penghambat pertemuan kita. Dan kamu, membuatku selalu rindu. Ingin pulang padamu. Dan kamu, membuatku selalu ingin menjadi pelindungmu. Menjagamu. Mengerahkan segalanya demi memastikan kamu baik-baik saja. Dan kamu, membuatku tak pernah berhenti merasa memiliki. Merasa dihargai. Merasa berarti. Dan kamu, selalu memberi kesempatan. Selalu memberi apresiasi. Selalu memberi ruang. Dan kamu, tak pernah marah meski selalu kutinggalkan. Bahkan selalu baik padaku. Dan kamu, entah tahu hal ini atau tidak: aku pergi untukmu, aku tak pernah membersamaimu untuk melindungimu, aku tak pernah ada untukmu demi membantumu, dan kalau aku bisa memilih, aku ingin selalu di sisimu, aku selalu ingin bersamamu.

Kesempatan Jahat

Kata siapa kejahatan akan ada ketika kesempatan muncul? Kesempatan sebesar apapun, kalau orang yang punya kesempatan itu tidak berniat jahat, ya kejahatan tidak dilakukan.  Jadi, temukan saja orang yang tepat untuk dipercaya.