Sungguh, pada pilpres kemarin, aku sudah gelap mata. Aku akan dukung siapapun, yang membiarkan warganya menjalankan kewajiban agama. Terutama, jilbab polwan. Karena kau tahu, membayangkanmu terpisah dengan jilbabmu aku sungguh tak sanggup. Apakah aku tak cukup mengenalmu?
Meski aku ibadah berantakan, jilbab tak dilebarkan, berbeda denganmu, aku tak akan pernah mau, hidup tanpa jilbab ini. Tidak akan pernah ada Arina Dina Hanifa tidak berjilbab, tidak akan pernah! Jilbabku dan aku adalah satu, tak akan aku pergi tanpa ia membersamai. Kalau aku saja begitu, bagaimana perasaanmu yang harus berpisah dengan identitasmu, ibadahmu, penjagamu, tentu sangat tidak nyaman.
Tahukah dirimu, kalau aku tidak punya gambaran sama sekali seperti apa dirimu dengan rok pendek dan rambut tergerai. Aku kagum dan salut atas keberanianmu, bercita-cita untuk berkontribusi unuk Indonesia dengan cara yang menurutku keren. Aku yakin, presiden baru kita akan memerdekakan rakyatnya.
Meski aku ibadah berantakan, jilbab tak dilebarkan, berbeda denganmu, aku tak akan pernah mau, hidup tanpa jilbab ini. Tidak akan pernah ada Arina Dina Hanifa tidak berjilbab, tidak akan pernah! Jilbabku dan aku adalah satu, tak akan aku pergi tanpa ia membersamai. Kalau aku saja begitu, bagaimana perasaanmu yang harus berpisah dengan identitasmu, ibadahmu, penjagamu, tentu sangat tidak nyaman.
Tahukah dirimu, kalau aku tidak punya gambaran sama sekali seperti apa dirimu dengan rok pendek dan rambut tergerai. Aku kagum dan salut atas keberanianmu, bercita-cita untuk berkontribusi unuk Indonesia dengan cara yang menurutku keren. Aku yakin, presiden baru kita akan memerdekakan rakyatnya.
Komentar
Posting Komentar