Sungguh, adikku. Tidak pernahnya aku bertanya, "Siapa yang butuh?" bukan karena pura-pura lemah lembut. Tapi karena aku sudah bertanya di dalam hati terlebih dahulu, dan menjawabnya. Bahwa entah kalian butuh atau tidak, tapi aku membutuhkan kalian. Kalian membuatku menjadi lebih semangat mengilmui dan mengamalkan. Kalian mengubahku menjadi lebih baik. Kalian memberiku alasan untuk tersenyum dan belajar.
Sungguh, adikku. Ketika aku bilang kalian adalah adik-adik yang baik dan membanggakan, itu bukan karena aku ingin memuji. Tapi karena kalian memang sungguh baik dan membanggakan. Kalian punya ide kreatif, pengalaman cemerlang, dan wawasan luas. Kalian punya potensi yang terus berkembang. Kalian akan menjadi yang terbaik, di manapun itu.
Sungguh, adikku. Jika aku meminta maaf pada kalian, bukan karena aku ingin kalian meminta maaf juga. Tapi karena aku menyadari diri yang penuh keterbatasan ini. Kakak yang tidak cukup dewasa, berwawasan, berpengalaman, dan berkemampuan untuk mendampingi kecemerlangan kalian. Maaf jika tidak cukup cerdas, segar, dan menarik untuk membuat kalian betah. Maaf karena tidak cukup perhatian dan rajin untuk selalu menyapa.
Sungguh, adikku. Kata-kata terimakasih yang kuucapkan bukan pemanis bibir, tapi sungguh satu-satunya hal yang bisa kuberikan. Karena tidak pernah bisa memberikan apapun, belum mampu, dengan kapasitas diri yang saat ini. Tapi kalian selalu menjadi adik yang ceria, bersemangat, dan mewarnai hari-hariku.
Sampai jumpa, jika tidak di dunia, semoga kita bisa reunian di surga.
Sungguh, adikku. Ketika aku bilang kalian adalah adik-adik yang baik dan membanggakan, itu bukan karena aku ingin memuji. Tapi karena kalian memang sungguh baik dan membanggakan. Kalian punya ide kreatif, pengalaman cemerlang, dan wawasan luas. Kalian punya potensi yang terus berkembang. Kalian akan menjadi yang terbaik, di manapun itu.
Sungguh, adikku. Jika aku meminta maaf pada kalian, bukan karena aku ingin kalian meminta maaf juga. Tapi karena aku menyadari diri yang penuh keterbatasan ini. Kakak yang tidak cukup dewasa, berwawasan, berpengalaman, dan berkemampuan untuk mendampingi kecemerlangan kalian. Maaf jika tidak cukup cerdas, segar, dan menarik untuk membuat kalian betah. Maaf karena tidak cukup perhatian dan rajin untuk selalu menyapa.
Sungguh, adikku. Kata-kata terimakasih yang kuucapkan bukan pemanis bibir, tapi sungguh satu-satunya hal yang bisa kuberikan. Karena tidak pernah bisa memberikan apapun, belum mampu, dengan kapasitas diri yang saat ini. Tapi kalian selalu menjadi adik yang ceria, bersemangat, dan mewarnai hari-hariku.
Sampai jumpa, jika tidak di dunia, semoga kita bisa reunian di surga.
Komentar
Posting Komentar