Langsung ke konten utama

Devy

Devy Oktaviani, 15th. Pasien dr. Sarjito. Butuh golongan darah AB. Akut limfoblastik leukimia. Cp: Arif +628381083089 bantu forward ya.

Begitulah bunyi SMS dari teman saya, Murni (Puji Murniasih, teman satu kelas dan satu mentoring).

Dari SMS tersebut, ada beberapa hal yang mengusik hati saya.

Devy berumur 15 tahun. Kira-kira dia seumuran dengan aku, kelas 1 SMA.

Dia butuh golongan darah AB. Sebuah golongan darah yang sangat langka. Seumur-umur aku belum pernah ketemu orang dengan golongan darah ini.

Akut limfoblastik leukimia!

Leukimia adalah:

Leukemia; dalam bahasa Yunani leukos λευκός, "putih"; aima αίμα, "darah"), atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih). Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia memengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita.
Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Leukemia

Gambaran Umum Akut Limfolastik Leukimia
Pengertian
ALL (Akut Limfoblastik Leukimia) adala poliferasi sel darah putih yang masih diatur dalam jaringan pembentuk darah (Suriadi , 2001).
ALL adalah patologis dari sel pembuluh darah yang bersifat sistematik dan biasanya berakhir fatal (Ngastiyah, 2005).
ALL adalah kanker jaringan yang menghasilkan leukosit (Cecily, 2002).
Lokimia limfasitik akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan puncak insideasi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15, ALL jarang terjadi (Brunner, 2002)
Penelitian yang dilakukan pada ALL menunjukkan bahwa ALL mempunyai homogenitas pada fenotip permukaan sel blas dari setiap pasien. Hal ini memberi dugaan bahwa populasi sel leukimia itu berasal sari sel tunggal. Oleh karena homogenitas itu menurut Pornomo, 2005 dibuat klasifikasi LLA secara morfologik sebagai berikut:
a. L – 1 terdiri dari sel limfoblas kecil serupa, dengan kromatin homogen, anak inti umumnya tidak nampak dan sitoplasma sempit.
b. L – 2 pada jenis ini limfoblas adalah besar tetapi ukurannya bervariasi, kromatin lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti.
c. L – 3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogen dengan kromatin berbercak, banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan berfakualisasi.

Etiologi
Menurut Ngastiyah, 2005 penyebab ALL sampai sekarang belum diketahui dengan jelas, diduga kemungkinan besar karena virus (virus onkologik), faktor lain yang turut berperan adalah:
a. Faktor eksterogen seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (bentol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus, bakteri).
b. Faktor endogen seperti Ras (orang Yahudi mudah menderita). Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (Sindrom Down, angka kejadian tinggi, hereditas/kembar).
Patofisiologis
Virus penyebab ALL akan mudah masuk ke tubuh manusia jika struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh. Oleh WHO terhadap antigen jaringan telah ditetapkan istilah HL-A (Human Leucocyte Locus A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukimia tidak dapat diabaikan (Ngastiyah, 2005).
Manifesti Klinis menurut Cecily 2002:
a. Bukti anemia, pendarahan dan infeksi.
1) demam
2) keletihan
3) pucat
4) anoreksia
5) petekia dan pendarahan
6) nyeri sendi dan tulang
7) nyeri abdomen yang tidak jelas
8) berat badan menurun
9) pembesaran dan fibrosis organ-organ sistem retikuloendotieal hati limfa dan limfonudus.
b. Peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meninges:
1) nyeri dan kaku duduk
2) sakit kepala
3) iritabilitas
4) letargi
5) muntah
6) edema papil
7) koma
c. Gejala-gejala sistem saraf pusat yang berhubungan dengan bagian sistem yang terkena:
1) Kelemahan elistrimulas bawah
2) Kesulitan berkemih
3) Kesulitan belajar, khususnya matematika dan hafalan (efek samping lanjut dari terapi) kelemahan ekstrimitas bawah
Menurut Brunner, 2003
Limfosit immature berproliferasi dalam susunan tulang dan jaringan perkier dan mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya hematoporsis normal terhambat mengakibatkan penurunan jumlah letrosit, sel darah merah dan trombosit.
Diagnosis
ALL dapat didiagnosa pada pemeriksaan:
a. Anamnesis
Anemia, kelemahan tubuh, berat badan menurun, anoreksia mudah sakit, sering demam, perdarahan, nyeri tulang, nyeri sendi (Ngastiyah, 2005)
Kemudian menurut Celily, 2002 dilakukan kepemeriksaan
b. Hitung darah lengkap (CBC) anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosa memiliki prognosis paling baik ; jumlah lethosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
c. Pungsi lumbal – untuk mengkaji keterlibatan SSP
d. Foto toraks – mendeteksi keterlibatan mediastinum
e. Aspirasi sumsum tulang – ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis
f. Pemindahan tulang atau survei kerangka – mengkaji keterlibatan tulang
g. Pemindahan ginjal, hati dan limpa – mengkaji infiltrasi leukemik
h. Jumlah trombosit – menunjukkan kapasitas pembekuan
Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah, 2005 penatalaksanaan pada pasien ALL adalah:
a. Transfusi darah, jika kadar Hb kurang dari 69%. Pada trombositopenia yang berat dan pendarahan pasif dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
b. Kortosteroid (prednison, kortison, deksametason, dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Sitostatika, selain sitistatika yang lama (6-merkaptispurin atau 6 mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih paten seperti obat lainnya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopsia (botak), stomatitis, leucopenia, infeksi sekunder atau kadidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000 / mm3 pemberiannya harus hati-hati.
d. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci hama).
e. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah dicapai remisi dan jumlah sel leukimia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai diberikan (mengani cara pengobatan yang terbaru masih dalam perkembangan).
Menurut Ngastiyah, 2005 cara pengobatan berbeda-beda pada setiap klinik bergantung dari pengalaman, tetapi prinsipnya sama, yaitu dengan pola dasar:
a. Induksi, dimaksudkan untuk mencapai remisi dengan berbagai obat tersebut sampai sel blas dalam sumsum kurang dari 5%
b. Konsilidasi, bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
c. Rumat, untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama, biasanya dengan memberikan sitostatika setengah dosis biasa.
d. Reinduksi, dimaksudkan untuk mencegah relaps, biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pad induksi selama 10-14 hari.
e. Mencegah terjadinya leukimia pada susunan saraf pusat diberikan MTX secara intratekal dan radiasi kranial.
f. Pengobatan imunologik.
Menurut Kelompok Kerja RSUP Dr. Sardjito, 2000 pada penyakit ALL juga terdapat penatalaksanaan secara suportif yaitu:
a. Infeksi
Penatalaksanaan yang bertujuan untuk menghindari infeksi diantaranya adalah :
1) Menjaga keutuhan membran mukosa dan kulit.
2) Hindari pengukuran suhu dari rectal.
3) Oral hygiene adekuat dengan sikat gigi yang lembut dan cairan chlor hexidine 1%
4) Pemberian antibiotik profilaksis pada prosedur tindakan invasif.
5) Vaksinasi tidak dilakukan selama pemberian pengobatan sitostatika dan selama 6 bulan setelah pengobatan
b. Pemberian imunisasi pada setengah tahun sampai satu tahun perhentian terapi.
1). Klien dirawat di ruang suci hama.
2). Tranfusi darah, bila Hb <>
3). Metabolisme : istirahat cukupdan membatasi aktivitas keras.
4). Selama fase induksi gagal ginjal dapat dicegah dengan pemberian allopurinol dan memelihara PH untuk antara 6,5 dan 7
5). Nutrisi : pemberian diet tinggi protein dan tinggi kalori
6). Terap suportif lainnya misal personal hygiene, aktif dan dukungan emosional kepada anak dan serta orang tua.
http://bowiey.blogspot.com/2009/08/akut-limfoblastik-leukemia-all.html


Saya hanya bisa berdoa untukmu, teman. Semoga lekas sembuh, Devy. Cepat sekolah lagi, ya. Teman-temanmu pasti merindukanmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Angka 100

Di usia blog yang sudah 100 post ini, mungkin bisa terbilang bagus lah. Memasuki bulan ke-10, post ke-100, dengan 795 pengunjung. Termasuk bagus untuk ukuran orang seperti saya :) Buat banyak orang, 100 melambangkan kesempurnaan. Melambangkan kepenuhan, kepadatan, kepastian, kecukupan. Buat pelajar, 100 adalah nilai maksimal yang sempurna tanpa cela sedikit pun. Dalam prosentase, 100% menunjukkan sepenuhnya, kepastian, keseluruhan. Tapi bagi blogger, 100 postingan bukan angka yang sempurna. Masih perlu banyak perbaikan dan perkembangan. Apalagi dalam keuangan. 100, terutama 100 rupiah adalah jumlah yang sangat sedikit. Walaupun untuk beberapa mata uang lain termasuk banyak. Tapi tidak ada kata puas dalam mengejar uang bukan? "Ini adalah postingan saya yang ke-100!" Sebuah titik tolak untuk mengembangkan blog ini. :| Blog ini tentunya masih berantakan sekali. :) Tadi waktu liat udah bikin 99 post jadi nemu inspirasi baru buat ngetik ini. Entah kenapa, mungkin post yang ke-100

TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi

ASMA KARIMAH TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya, namun wanita-wanita negrinya sudah terbata-bata membaca cita-citanya. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi . Sementara Kartini sesungguhnya semakin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya. Penerbit Hanifah buku muslimah dan keluarga Daftar Pustaka : Asma Karimah, TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi . Penerbit Hanifah, 1994 (cetakan kelima).

Egosentrisme dan Sudut Pengambilan Gambar

Egosentrisme adalah ketidakmampuan anak-anak yang masih berada pada tahap perkembangan sensori-motori (sekitar usia 2-6 tahun). Contohnya, anak itu belum bisa memahami kalau keempat gambar ini memiliki objek yang sama. [dari buku Santrock, Life Span Development. Teorinya Piaget] Orang dewasa yang secara teori perkembangan seharusnya sudah tidak egosentris, tentu tahu bahwa suatu realita yang sama bisa ditampilkan dengan beberapa cara yang berbeda. Saya sedang tertarik dengan foto demo. Di sini saya membantah kata-kata seorang teman yang saya sayang "yang tertarik buat ngelirik aksi cuma 'anak aksi' juga". Saya bukan anak aksi tapi saya suka pengen tau sama orang aksi. Kan kadang ada aksi yang nggak jelas pesan yang disampaikan itu apa. Bukannya aksi itu salah satu tujuannya juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang persoalan itu ya? Lah kalo udah teriak-teriak, bawa banyak atribut, udah ada massa aksi yang dandan juga, tapi saya yang cukup