Langsung ke konten utama

Menuju 68 Tahun Indonesia

Menuju 68 tahun Indonesia, yang merdeka pada 17 Agustus 1945. Dan setelah itu, negara pertama yang mengakuinya adalah... ini soal SD, semua yang lulus SD pasti tahu, ini soal LKS turun-temurun dari generasi ke generasi. Maka jawabannya adalah... ya, Mesir.

Sayangnya, sudah hampir 68 tahun, masih saja, tidak keren-keren juga. Coba lihat Amerika. Kalau ada suatu kejadian, pasti dimintai pendapat, diajak campur tangan. Kapan Indonesia seperti itu?

Membayangkan, alangkah kerennya bila pemerintah Indonesia berani berbicara tegas seperti Bapak-Bapak Proklamatornya, pasti Indonesia akan menjadi negara yang sangat disegani, dan bila orang-orang Indonesia pergi keluar negeri, akan disambut dengan ramah dan hormat.

Tinggal komentar bapak-bapak, katakan beberapa kalimat yang akan membuat Indonesia terhormat, kalimat-kalimat yang cerdas dan jujur. Atau bapak-bapak ingin kursus menjadi komentator dulu? Coba latihan dari orang yang sering demo.

------------------------------------

Saya tidak sanggup menjadi orang yang manis, tapi saya sedang berusaha menjadi orang yang jujur.

-----------------------------------

Saya hanya ingin tahu kebenaran. Anda juga kan?
Saya hanya ingin mendapat keadilan. Anda juga kan?





Yang tidak pernah bisa melisankan dan mentulisankan dengan baik,
Arina Dina Hanifa

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Angka 100

Di usia blog yang sudah 100 post ini, mungkin bisa terbilang bagus lah. Memasuki bulan ke-10, post ke-100, dengan 795 pengunjung. Termasuk bagus untuk ukuran orang seperti saya :) Buat banyak orang, 100 melambangkan kesempurnaan. Melambangkan kepenuhan, kepadatan, kepastian, kecukupan. Buat pelajar, 100 adalah nilai maksimal yang sempurna tanpa cela sedikit pun. Dalam prosentase, 100% menunjukkan sepenuhnya, kepastian, keseluruhan. Tapi bagi blogger, 100 postingan bukan angka yang sempurna. Masih perlu banyak perbaikan dan perkembangan. Apalagi dalam keuangan. 100, terutama 100 rupiah adalah jumlah yang sangat sedikit. Walaupun untuk beberapa mata uang lain termasuk banyak. Tapi tidak ada kata puas dalam mengejar uang bukan? "Ini adalah postingan saya yang ke-100!" Sebuah titik tolak untuk mengembangkan blog ini. :| Blog ini tentunya masih berantakan sekali. :) Tadi waktu liat udah bikin 99 post jadi nemu inspirasi baru buat ngetik ini. Entah kenapa, mungkin post yang ke-100

TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi

ASMA KARIMAH TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya, namun wanita-wanita negrinya sudah terbata-bata membaca cita-citanya. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi . Sementara Kartini sesungguhnya semakin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya. Penerbit Hanifah buku muslimah dan keluarga Daftar Pustaka : Asma Karimah, TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi . Penerbit Hanifah, 1994 (cetakan kelima).

Egosentrisme dan Sudut Pengambilan Gambar

Egosentrisme adalah ketidakmampuan anak-anak yang masih berada pada tahap perkembangan sensori-motori (sekitar usia 2-6 tahun). Contohnya, anak itu belum bisa memahami kalau keempat gambar ini memiliki objek yang sama. [dari buku Santrock, Life Span Development. Teorinya Piaget] Orang dewasa yang secara teori perkembangan seharusnya sudah tidak egosentris, tentu tahu bahwa suatu realita yang sama bisa ditampilkan dengan beberapa cara yang berbeda. Saya sedang tertarik dengan foto demo. Di sini saya membantah kata-kata seorang teman yang saya sayang "yang tertarik buat ngelirik aksi cuma 'anak aksi' juga". Saya bukan anak aksi tapi saya suka pengen tau sama orang aksi. Kan kadang ada aksi yang nggak jelas pesan yang disampaikan itu apa. Bukannya aksi itu salah satu tujuannya juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang persoalan itu ya? Lah kalo udah teriak-teriak, bawa banyak atribut, udah ada massa aksi yang dandan juga, tapi saya yang cukup