Saya perempuan. Saya malu melihat atau mengetahui perempuan lain memakai pakaian yang terlalu terbuka. Entah mengapa mereka yang melakukan tidak malu. Saya tidak habis pikir. Atau jangan-jangan, mungkin ada yang malu ketika melihat saya berjilbab diulur tidak dililit, dan pakai rok panjang, dirangkap celana panjang pula. Mungkin ada. Entahlah.
Tapi yang jauh lebih menyesakkan, ketika seorang pejabat, perempuan, berjilbab, yang menolak menutup pelacuran karena menurutnya PSK adalah pahlawan. Ya Allah, beliau butuh psikolog! Ilmu pengetahuan mana, nilai mana, norma mana, agama mana, yang menyetujui pernyataan itu?! Oh, ada LSM yang setuju, yang bicara perempuan juga! Ya Allah!
Katanya para PSK pahlawan keluarga, mereka bekerja demi hidup keluarga. Lalu, mengapa solusinya adalah lokalisasi tetap ada? Bukan menambah lapangan pekerjaan? Eh iya, suaminya kemana? Ayahnya kemana? Pamannya kemana? Saudara laki-lakinya kemana? Itu kan kewajiban mereka. Kok perempuan yang harus bekerja, menjual dirinya pula! Eh iya, emansipasi ya?
Itukah yang disebut membela hak perempuan? Memperjuangkan nasib perempuan? Peduli perempuan. Entah LSM apa itu. Dengan mengizinkan perempuan mencari nafkah dengan menjual diri? Mencari nafkah itu kewajiban laki-laki, Ibu Cantik. Itulah mengapa mereka disebut kepala rumah tangga.
Pejabat dan LSM itu, mereka perempuan, kan? Bagaimana perasaan suami dan anak-anak mereka bila mengetahui pernyataan menyakitkan ibunya? Perempuan itu tiang negara, Bung! Jika perempuannya rapuh, runtuhlah negara!
Tulisan berantakan dengan penuh kegemasan.
Tapi yang jauh lebih menyesakkan, ketika seorang pejabat, perempuan, berjilbab, yang menolak menutup pelacuran karena menurutnya PSK adalah pahlawan. Ya Allah, beliau butuh psikolog! Ilmu pengetahuan mana, nilai mana, norma mana, agama mana, yang menyetujui pernyataan itu?! Oh, ada LSM yang setuju, yang bicara perempuan juga! Ya Allah!
Katanya para PSK pahlawan keluarga, mereka bekerja demi hidup keluarga. Lalu, mengapa solusinya adalah lokalisasi tetap ada? Bukan menambah lapangan pekerjaan? Eh iya, suaminya kemana? Ayahnya kemana? Pamannya kemana? Saudara laki-lakinya kemana? Itu kan kewajiban mereka. Kok perempuan yang harus bekerja, menjual dirinya pula! Eh iya, emansipasi ya?
Itukah yang disebut membela hak perempuan? Memperjuangkan nasib perempuan? Peduli perempuan. Entah LSM apa itu. Dengan mengizinkan perempuan mencari nafkah dengan menjual diri? Mencari nafkah itu kewajiban laki-laki, Ibu Cantik. Itulah mengapa mereka disebut kepala rumah tangga.
Pejabat dan LSM itu, mereka perempuan, kan? Bagaimana perasaan suami dan anak-anak mereka bila mengetahui pernyataan menyakitkan ibunya? Perempuan itu tiang negara, Bung! Jika perempuannya rapuh, runtuhlah negara!
Tulisan berantakan dengan penuh kegemasan.
Komentar
Posting Komentar