Ukhti shalihah,jika harus berbicara tentangmu, sayang, apa yang yang harus kukatakan? Pakaianmu yang rapi, rok panjang, jilbab lebar berkibar-kibar. Ah, kamu imut sekali, kawan. Melihatmu, yang kusebut berpenampilan "bidadari surga banget". Kurang manis apa coba?
Tapi, aku minta maaf, atas tawaku padamu, atas canda yang aku lemparkan. Sungguh, itu bukan bermaksud meledek. Kau pasti tahu itu. Aku hanya peduli dan perhatian, lalu mengomentarimu. Daripada orang lain yang tidak kaukenal yang berkomentar? Ah, aku membayangkan salah tingkahmu yang menggemaskan ketika aku menegurmu.
Sayang, ah, kamu ini imut sekali. Kalem dan pemalu. Lucunya, ya, lucunya, aku melihat sesuatu dalam dirimu. Sesuatu yang lain. Ah, kamu bisa membalik masker dan slayermu. Tapi apa yang kautulis di media sosial, aku hanya bisa tersenyum lebar, nyaris tertawa.
Sayang, kamu ini di kampus jadi anak lembaga dakwah, tapi kamu jauh lebih jago bicara politik daripada aku, lebih keras menyimak pilpres daripada aku, yang katanya sih, anak lembaga mahasiswa. Katanya sih.
Kuingat lagi senyum malumu, tawa kalemmu, kamu, dengan gamis longgar dan jilbab lebar. Ah, kawan, dibalik semuanya, kamu orang yang cerdas, berwawasan, keras, berani, kuat, lhoh, ini bukan mengarah ke nomor urut tertentu kaya kamu ya, sumpah. Serius. Baru nyadar aku. Ah, sudahlah. Semoga kita bisa berjumpa lagi.
^_^
Tapi, aku minta maaf, atas tawaku padamu, atas canda yang aku lemparkan. Sungguh, itu bukan bermaksud meledek. Kau pasti tahu itu. Aku hanya peduli dan perhatian, lalu mengomentarimu. Daripada orang lain yang tidak kaukenal yang berkomentar? Ah, aku membayangkan salah tingkahmu yang menggemaskan ketika aku menegurmu.
Sayang, ah, kamu ini imut sekali. Kalem dan pemalu. Lucunya, ya, lucunya, aku melihat sesuatu dalam dirimu. Sesuatu yang lain. Ah, kamu bisa membalik masker dan slayermu. Tapi apa yang kautulis di media sosial, aku hanya bisa tersenyum lebar, nyaris tertawa.
Sayang, kamu ini di kampus jadi anak lembaga dakwah, tapi kamu jauh lebih jago bicara politik daripada aku, lebih keras menyimak pilpres daripada aku, yang katanya sih, anak lembaga mahasiswa. Katanya sih.
Kuingat lagi senyum malumu, tawa kalemmu, kamu, dengan gamis longgar dan jilbab lebar. Ah, kawan, dibalik semuanya, kamu orang yang cerdas, berwawasan, keras, berani, kuat, lhoh, ini bukan mengarah ke nomor urut tertentu kaya kamu ya, sumpah. Serius. Baru nyadar aku. Ah, sudahlah. Semoga kita bisa berjumpa lagi.
^_^
Komentar
Posting Komentar