Alkisah ketika saya dan Winda ke perpusda kami membaca selembar kertas di papan pengumuman yang berintikan lomba menulis dongeng bahasa Jawa dan lomba mendongeng bahasa Indonesia. Singkatnya, melihat nominal hadiah dua juta rupiah dan tulisan spidol lomba diundur kami sangat optimis. Dan kamipun mengarang sebuah kisah tentang seekor belalang yang tinggal di padang ilalang yang belang-belang sombongnya tak terbilang dan nasibnya malang.
Nah, kemarin Kamis jam istirahat pertama di kantin, saat tangan saya merogoh toples permen, saya merasa ada sesuatu yang aneh. Susah sekali mengambil permen, di dalam toples ada makhluk bergerak-gerak. Tiba-tiba, makhluk itu menabrak muka saya, kemudian meloncat ke dinding dan pergi entah ke mana. Saat melihatnya di dinding, saya hanya berpikir: eh, belalangnya gede banget. Aku heran kok tumben aku nggak jerat-jerit nggak jelas.
Jangan-jangan para belalang marah lagi di dongengnya mereka kubilang sombong. Padahal kan cuma fiktif belaka.
Nah, bersama ini saya sertakan gambar belalang yang kami gunakan pada penulisan dongeng tersebut.
Nah, kemarin Kamis jam istirahat pertama di kantin, saat tangan saya merogoh toples permen, saya merasa ada sesuatu yang aneh. Susah sekali mengambil permen, di dalam toples ada makhluk bergerak-gerak. Tiba-tiba, makhluk itu menabrak muka saya, kemudian meloncat ke dinding dan pergi entah ke mana. Saat melihatnya di dinding, saya hanya berpikir: eh, belalangnya gede banget. Aku heran kok tumben aku nggak jerat-jerit nggak jelas.
Jangan-jangan para belalang marah lagi di dongengnya mereka kubilang sombong. Padahal kan cuma fiktif belaka.
Nah, bersama ini saya sertakan gambar belalang yang kami gunakan pada penulisan dongeng tersebut.
Komentar
Posting Komentar