Langsung ke konten utama

Ciri-Ciri Bertambah Pintar

Ini kata seorang bapak yang pintar. Siapa ya? Saya lupa. Yang jelas bukan bapak saya. Bapak itu berbicara pada sebuah acara yang saya juga lupa. Tapi saya ingat salah satu kalimatnya sepertinya menjelaskan begini.

Kalau kamu bisa menertawakan hal-hal yang sudah terjadi dalam hidupmu, betapa bodoh dan anehnya tindakanmu, ucapanmu, tulisanmu, berarti kamu sudah bertambah pintar. Tapi kalau kamu mengagumi hal-hal yang sudah kamu capai, betapa hebatnya tindakanmu, ucapanmu, tulisanmu, di masa lalu, berarti kamu malah bertambah bodoh.

Saat mendengarnya saya berpikir, saya harus mengingatnya agar saya tahu saya bertambah pintar atau bertambah bodoh.

Menurut saya sih, pintar itu kemampuan yang dimiliki seseorang karena usaha yang telah dilakukannya. Nah lalu, apa gunanya pintar? Iya ya, apa gunanya pintar? Apa gunanya pintar ketika yang tidak pintar pun berhasil?

Ada cerita yang mungkin persisnya tidak seperti ini. Tapi seingat saya artinya kurang lebih begini.

Seorang teman yang jujur pernah bercerita, dia bertanya pada guru BK karena kekecewaannya. "Bu, apa gunanya saya belajar, kalau waktu ulangan teman-teman mencontek, lalu nilai mereka lebih bagus dari nilai saya?"

Guru itu tak dapat menjawab dengan memuaskan, hanya berputar-putar. Seperti: "Ya kan kalau belajar jadi pintar, bisa mengerjakan soal dan dapat nilai bagus." "Lalu kalau yang lain mencontek dan dapat nilai lebih bagus dari saya yang belajar?" Guru tersebut belum dapat menjawab.

Pertanyaan itu kemudian dijawab oleh seorang guru bahasa Jawa. Kira-kira seperti ini bahasa Indonesianya: "Kamu sekolah ingin bisa atau ingin pintar? Kalau ingin bisa, bisa nyontek, bisa curang, bisa tanya, bisa buka buku. Kalau ingin pintar, ya harus belajar, harus berusaha. Kamu mau nilai atau ilmu? Nilai itu bisa dibuat-buat, tapi ilmu tidak."

Jawaban yang memuaskan saya juga. Nilai itu bisa didapat dengan kecurangan, tapi ilmu hanya bisa didapat dengan kejujuran. Karena ilmu itu adalah kebenaran. Tidak ada kebenaran yang diraih dengan kesalahan.

Misalnya, Jogja peringkat nilai UN 30, tapi kejujurannya peringkat 1. Jadi peringkat UN yang 30 itu tidak membuat Jogja bukan kota pelajar. Karena yang penting bukan lulus, tapi lolos. Karena di antara banyak yang lulus SMA, sedikit yang lolos masuk perguruan tinggi.

Nah, itu yang membedakan pintar beneran dan pintar abal-abal. Orang yang pintar abal-abal menggunakan kepintarannya untuk kejahatan, karena mereka tidak cukup pintar untuk tahu bahwa kebaikan itu akan mendatangkan kebaikan dan akan berbalas kebaikan juga, begitu pula sebaliknya. Mereka kurang memandang jauh ke depan.

Rasulullah saw bersabda: "Orang cerdas adalah orang yang memuliakan dirinya serta membuat persiapan untuk kehidupan setelah mati, sementara orang bodoh adalah orang yang membiarkan dirinya mengikuti hawa nafsu serta mengharapkan cita-citanya dikabulkan oleh Allah."


Belajar pintar, 
Arina Dina Hanifa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Angka 100

Di usia blog yang sudah 100 post ini, mungkin bisa terbilang bagus lah. Memasuki bulan ke-10, post ke-100, dengan 795 pengunjung. Termasuk bagus untuk ukuran orang seperti saya :) Buat banyak orang, 100 melambangkan kesempurnaan. Melambangkan kepenuhan, kepadatan, kepastian, kecukupan. Buat pelajar, 100 adalah nilai maksimal yang sempurna tanpa cela sedikit pun. Dalam prosentase, 100% menunjukkan sepenuhnya, kepastian, keseluruhan. Tapi bagi blogger, 100 postingan bukan angka yang sempurna. Masih perlu banyak perbaikan dan perkembangan. Apalagi dalam keuangan. 100, terutama 100 rupiah adalah jumlah yang sangat sedikit. Walaupun untuk beberapa mata uang lain termasuk banyak. Tapi tidak ada kata puas dalam mengejar uang bukan? "Ini adalah postingan saya yang ke-100!" Sebuah titik tolak untuk mengembangkan blog ini. :| Blog ini tentunya masih berantakan sekali. :) Tadi waktu liat udah bikin 99 post jadi nemu inspirasi baru buat ngetik ini. Entah kenapa, mungkin post yang ke-100 ...

Untuk 51 Jiwa

Mereka datang menghadap-Mu Ke rumah-Mu Mengingat-Mu Menyebut nama-Mu Lalu Engkau panggil ke sisi-Mu Apalah rahasianya Hingga mereka begitu taqwa Dalam ruang-ruang yang tak terlihat mata Dalam hati dan pikiran yang tak terindra Dalam waktu-waktu saat hanya dengan-Mu berdua Hingga Engkau mencintai mereka Sebegitu rupa Allah, izinkan aku Memiliki cukup waktu Untuk terus mendekat pada-Mu Sampai selekat itu

Tugas Kimia

Dampak Bahan Bakar Terhadap Lingkungan Dampak Terhadap Udara dan Iklim Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global). Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah dari konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara, setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal dari k...