Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Buku Politik Islam

Buku ini sangat direkomendasikan ibu saya untuk dibaca. Diwajibkan lebih tepatnya. Tapi diharamkan selama UAS belum kelar. Sebenarnya saya sudah lama pengen baca. Tapi belum nemu pinjeman. Dan kali ini, ibu saya membelikannya untuk saya. Anggep aja hadian IP :D Harga katalog Rp65.000 :D

Kalo Enggak, Masih Ada Masjid Untuk Berdoa

Kutatap sepasang mata yang berkilat-kilat itu. Kata-kataku sebelumnya memancing emosinya. Ia baru saja berbicara dengan nada tinggi. Dengan ekspresi marah. Aku tahu dia sangat marah dan kecewa, pada dia yang aku pun merasakan hal yang sama terhadapnya. Sepertinya dia juga merasa kecewa dan marah kepada kami. Mungkin bukan kecewa dan marah. Mungkin semacam tidak suka, tetapi ini unik dan sulit dijelaskan. "Ya kalo iya. Kalo enggak?" Ujarku keras dengan nada galak. Jujur aku merasa pesimis harapanku tidak akan terwujud. Biar saja, aku sudah menangis diam beberapa hari sebelumnya di dalam kama saat larut malam. Lalu mulai keesokan harinya aku kebal dari perubahan ekspresi (walaupun rasa "sakitnya tuh disini" pasti selalu muncul di hati) bila ada hal-hal menyakitkan. "Masih ada masjid untuk berdoa." Katanya mendadak kalem sambil menunjuk dan memandang mushola yang ada di sebelah kami. Aku terhenyak. Kamu mengingatkan aku pada sesuatu. Pada sebuah nasehat y

Semua Sudah Selesai

Sekarang, Semua Selesai. Semua huru hara yang membuatku senam jantung setengah bulan, karena takut dan khawatir akan hasil yang tidak sesuai dengan harapan. Semua prasangka menyakitkan yang membuatku menangis diam sendirian di dalam kamar tengah malam. Semuanya, yang terbawa-bawa di pikiran, mengganggu malam-malam, bahkan masuk ke dalam mimpi, tak hanya ada ketika mata membuka. Semua sudah selesai. Husnul khotimah :) Sebuah akhir yang baik, tiga kejutan selama akhir pekan, kejutan yang membahagiakan. Rencana-Nya jauh lebih indah :)

Cieeeeeeeeeeeee

Ada yang bercanda, "ukhuwah tertinggi, adalah... bully" :D Bukan apa-apa sih, saya hanya menyarankan, kalau mau membully saudaranya, jangan pake teknik "cieeee" ya :D Udah itu aja :D

Track Record

Sebenarnya ini cerita yang saya ketik bulan Oktober kemarin. Menurut saya, setiap orang bebas untuk memiliki masa lalu yang sehitam-hitamnya. Ya, segelap apapun masa lalu seseorang, itu hanya sebuah masa lalu jika memang itu hanya sebuah masa lalu. Umar bin Khattab tetap jadi khalifah rasulullah yang kedua tanpa ada yang memprotes penunjukan beliau walaupun beliau memiliki masa lalu yang luar biasa gelap: Sebelum masuk Islam, beliau pernah berencana untuk membunuh rasulullah. Tapi itu semua hanya masa lalu. Dan benar-benar hanya sebuah masa lalu. Di hari itu justru hidayah datang kepadanya. Dan Umar ra masuk Islam. Lalu semua bersama, tanpa saling mencurigai dan meragukan. Bahkan Umar ra menjadi khalifah rasulullah yang kedua. Jadi, setiap orang boleh pernah berbuat salah. Itu menurut saya. Kita bukan Rasulullah, bukan manusia pilihan, bukan manusia terbaik. Adalah wajar jika kita pernah melakukan kesalahan. Menurut saya, tidak perlu kita mencari orang yang tidak pernah mencont

Tentang Sebuah Rindu

Bolehkah aku merasa rindu padamu? Bukan pada dirimu secara pribadi. Tapi pada komunikasi-komunikasi yang kita lakukan. Pada momen-momen manis yang mempertemukan kita. Dan pada gagasan-gagasan yang muncul pada saat kita bersama. Bolehkah aku merasa rindu padamu? Bukan pada dirimu secara pribadi. Tetapi pada semangat yang kau gelorakan. Ide yang kau bawa. Keceriaan yang kau hadirkan. Dan kesungguhan yang kau tularkan. Bolehkah aku merasa rindu padamu? Bukan pada dirimu secara pribadi. Itu saja.

Entah Mengapa Saya Tidak Percaya

Entah mengapa dari awal saya sudah menduganya, tapi saya tidak menyangka kalau itu kenyataannya. Saya kira sesuatu yang lain, yang lebih biasa, tapi setara. Entah mengapa saat itu saya spontan tertawa jahat, dan berkata, "Haha. Itu nggak mungkin. Aku nggak percaya. Itu pasti bohong." Entah mengapa saya harus mengetahuinya. Maksud saya, entah mengapa saya ditakdirkan menjadi salah satu dari entah berapa orang yang mengetahuinya. Saya tidak pernah penasaran. Saya tidak berusaha mencari tahu. Tapi ada yang memberi tahu.

Ceritanya Belajar Mendeskripsikan Sesuatu

Sesosok tubuh itu berjalan tenang. Ia melangkah ringan dan sampai di depan sebuah ruangan. Dia berjongkok. Tangan kirinya menyelip di antara celah bawah pintu dan meraba-raba mencari sesuatu. Sedetik kemudian tangan itu sudah menggenggam kunci logam dan memasukkannya ke lubang kunci. Cekrek. Cekrek. Kunci diputar dua kali. Lalu tangannya meraih gagang pintu dan membukanya. Pintu terbuka diiringi suara gesekan. Pintu itu sudah terlalu tua meski masih tampak bagus. Ruangan itu gelap total sebelum ia menyalakan lampu. Begitu lampu menyala, tampaklah ruangan kecil yang penuh dengan barang-barang. Dia mematikan lampu kembali, lalu menutup pintu dan menguncinya. Ia memasukkan kunci itu ke kantongnya dan mengambil hpnya. Dengan cahaya hp yang sudah ia redupkan, ia menyisir ruangan. Rupanya tidak sulit untuk menemukan apa yang ia cari. Itu karena ruangan itu sangat rapi seperti habis dibereskan. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, ia memasukkannya ke dalam ransel yang dipakainya. Den

Kisah Tentang Anak yang Tak Pernah Diharapkan

Dia yang paling cinta pada orang tuanya. Cinta luar biasa. Tapi justru orang tuanya selalu menganggapnya tak ada. Dan berharap kalau ia memang tak pernah ada. Menganggapnya cinta karena orang tuanya akan meninggalkan banyak warisan. Dia yang paling cinta pada orang tuanya. Tapi orang tuanya selalu menjadikannya prioritas terakhir. Senyumnya, semangatnya, usahanya, terkubur oleh pesona saudara-saudaranya. Saudara-saudara yang sebenarnya selama ini selalu berdoa, agar tiba masanya orang tuanya mengizinkan mereka pergi, tinggal terpisah, dengan dibekali setumpuk kekayaan. Lalu tak pernah kembali sementara ayah dan bunda makin renta. Karena cinta yang begitu tulus tertutup oleh prasangka. Prasangka yang ditebarkan mata yang menerima begitu saja debu-debu polusi, karena ia tak menutupnya dengan kaca pelindung. Lalu penglihatannya memburam, melahirkan dampak menyakitkan. Mempersepsi tanpa memahami. Lalu, apakah salah salah jika dia tak lagi cinta. Kelirukah bila ia pergi, menjadi tak

Tentang Cinta dan Ikhlas

Sumpah terharu. Pengen nangis. Jadi ingat kata-kata seorang teman, "yang paling tinggi bukan cinta, tapi ikhlas". Tentu yang dia maksud dengan yang saya maksud dengan kalimat itu berbeda. Atau mungkin persepsi kami sama, entahlah. Yang paling tinggi bukan cinta, tapi ikhlas. Ya, menurut saya, ikhlas adalah cinta di atas cinta. Mengingatkan saya pada kisah seorang pemimpin yang adil, Umar bin Abdul Aziz. Dan kisah cintanya. Umar bin Abdul Aziz jatuh cinta kepada seorang gadis. Namun, istrinya, Fatimah binti Abdul Malik tidak pernah mengizinkannya menikah lagi. Namun setelah Umar menjadi khalifah, Fatimah membawa gadis itu. Fatimah mengizinkan Umar untuk menikahinya, dengan maksud agar Umar lebih kuat dalam menjalani tugas pemerintahan yang melelahkan. Gadis itu rupanya juga mencintai khalifah Umar. Namun, Khalifah Umar justru berkata, "Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya kembali kepada dunia perasaan semacam itu."

Bahagia-Bergerak :)

• Kurangnya dopamin menyebabkan berkurangnya stimulasi pada korteks motor dan memperlambat dimulainya gerakan . Kalimat itulah baru saja saya sadari ada di tayangan presentasi materi pertama biopsikologi yang dibuat dosen (ketahuan deh selama ini saya nggak merhatiin materi). Dan itu mengingatkan saya pada sesi curhat departemen kemarin siang. Sesi yang mencerahkan bagi yang lain, tapi tetap saya rasa kurang entah mengapa. Mungkin salah satunya adalah karena ada yang berhalangan hadir. "Dia pikir cuma dia yang nggak suka? Aku juga nggak suka tapi aku tetep kerja. Bahkan aku komitmen buat tahun depan!" katanya begitu galak padahal berhati selembut kapas. Syukurlah dia yang mengeluh. Kalau saya yang mengeluh, mungkin kata-katanya lebih kejam. Dan tidak usah disebutkan. Tapi kini saya sadar. Bahkan ilmu biopsikologi pun menjelaskan. Itu wajar, itu normal. Kurangnya dopamin meyebabkan berkurangnya stimulasi pada korteks motor dan memperlambat dimulainya gerakan.

Puisi Ada yang Pernah Berkata

Ada yang pernah berkata Bukan berjuang jika enggan turun ke jalan Belum membawa nilai-nilai mahasiswa Bila tak bersedia ikut unjuk rasa Ada yang pernah berkata Tugasnya mahasiswa bukan demo Mahasiswa tidak berpolitik Mahasiswa itu seharusnya Mengkaji dan mengkritisi dengan kapasitas intelektualnya Ada yang pernah berkata Ini dan itu Begini dan begitu Ada yang pernah berkata Tapi itu bukan saya Kalau menurut pendapat saya, dari proses yang selama ini saya lalui, dan dari setiap hikmah yang saya temui di sana-sini: Mahasiswa seharusnya dapat mengenal dirinya dan dunia. Mengenal dirinya, ia paham akan kelebihan dan kekurangannya. Ia paham akan minat dan bakatnya. Ia mengenali masa lalunya, memahami keadaan yang dialaminya sekarang, dan mengerti apa yang akan dia hadapi di masa depan. Ia tahu cita-citanya. Mengenal dunia, ia menyadari apa yang dibutuhkan dunia ini. Ia tidak menunjukkan gejala schizophrenia, hidup dalam dirinya sendiri, menyusun life plan yang berderet-d

Tentang Cinta dan Segalanya

Jika ini semua adalah tentang cinta, maka ia akan mengambil segalanya darimu. Tenagamu, pikiranmu, perasaanmu, juga kantuk yang menghiasi pelupuk matamu. Jika ini semua adalah tentang cinta, maka ia pasti meminta segala yang kau punya. Keyakinanmu, usahamu, perubahanmu, dan pengorbananmu. Karena ini semua adalah cinta, maka, bahkan jiwa pun bukan apa apa, jika memang itu yang dibutuhkan. Karena yang kita jalani, yang kita tempuh, adalah cinta. Maka kita siap menjadi otak, mata, hati, tulang punggung, tangan, dan kakinya. Karena cinta ini adalah cinta di atas cinta. Cinta yang lebih besar, lebih tinggi, lebih agung, lebih utama, lebih penting, lebih setia. Cinta yang berdasarkan pada kesetiaan sejati, kesetiaan pada janji yang telah diikrarkan sejak pertama kali. Ini cinta bukan sekadar cinta, yang setia tak sekadar setia. Maka ini juga setia di atas setia. Setia pada janji pertama, janji yang lebih dulu, sumpah yang lebih awal. “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan

Syukuri Kilaumu

Sering menyesal, karena kurang usaha, tidak mendapatkan sebuah kesempatan belajar. Padahal, kesempatan belajar yang ada itu, begitu kondusif dan luar biasa. Meningkatkan kualitas diri. Menyesal sekali, setelah semua berlalu, dan tidak bisa diubah, sama sekali. Kemudian aku teringat sebuah kisah. Cukup menghibur, paling tidak kutangkap pesannya. Kisah ini tentang seorang muslim yang iri, pada para sahabat. "Andai aku hidup di zaman rasul. Meyaksikan mukjizatnya, belajar langsung darinya, berinteraksi dengan para sahabat. Alangkah indahnya." Lalu temannya berkata, "Saudaraku, tapi itu tidak menjamin imanmu lebih kuat." "Mengapa?" Sang kawan tersenyum. "Abu Lahab dan Abu Jahal juga hidup di zaman itu, memahami bahasa arab, bahkan masih kerabat rasulullah. Tapi mereka sama sekali tidak beriman, bahkan memusuhi rasul." "Maka saudaraku, syukuri nikmat iman dan Islam yang telah dianugerahkan kepadamu." Ya, pengalaman bukan segala

Kamu.. Iya Kamu..

Sungguh, pada pilpres kemarin, aku sudah gelap mata. Aku akan dukung siapapun, yang membiarkan warganya menjalankan kewajiban agama. Terutama, jilbab polwan. Karena kau tahu, membayangkanmu terpisah dengan jilbabmu aku sungguh tak sanggup. Apakah aku tak cukup mengenalmu? Meski aku ibadah berantakan, jilbab tak dilebarkan, berbeda denganmu, aku tak akan pernah mau, hidup tanpa jilbab ini. Tidak akan pernah ada Arina Dina Hanifa tidak berjilbab, tidak akan pernah! Jilbabku dan aku adalah satu, tak akan aku pergi tanpa ia membersamai. Kalau aku saja begitu, bagaimana perasaanmu yang harus berpisah dengan identitasmu, ibadahmu, penjagamu, tentu sangat tidak nyaman. Tahukah dirimu, kalau aku tidak punya gambaran sama sekali seperti apa dirimu dengan rok pendek dan rambut tergerai. Aku kagum dan salut atas keberanianmu, bercita-cita untuk berkontribusi unuk Indonesia dengan cara yang menurutku keren. Aku yakin, presiden baru kita akan memerdekakan rakyatnya.

Duhai Shalihah, Kamu Menggemaskan :))))

Ukhti shalihah,jika harus berbicara tentangmu, sayang, apa yang yang harus kukatakan? Pakaianmu yang rapi, rok panjang, jilbab lebar berkibar-kibar. Ah, kamu imut sekali, kawan. Melihatmu, yang kusebut berpenampilan "bidadari surga banget". Kurang manis apa coba? Tapi, aku minta maaf, atas tawaku padamu, atas canda yang aku lemparkan. Sungguh, itu bukan bermaksud meledek. Kau pasti tahu itu. Aku hanya peduli dan perhatian, lalu mengomentarimu. Daripada orang lain yang tidak kaukenal yang berkomentar? Ah, aku membayangkan salah tingkahmu yang menggemaskan ketika aku menegurmu. Sayang, ah, kamu ini imut sekali. Kalem dan pemalu. Lucunya, ya, lucunya, aku melihat sesuatu dalam dirimu. Sesuatu yang lain. Ah, kamu bisa membalik masker dan slayermu. Tapi apa yang kautulis di media sosial, aku hanya bisa tersenyum lebar, nyaris tertawa. Sayang, kamu ini di kampus jadi anak lembaga dakwah, tapi kamu jauh lebih jago bicara politik daripada aku, lebih keras menyimak pilpres darip

Kubiarkan Kau Membacaku

Kubiarkan kau membacaku, jika memang kau bisa melakukannya. Ya, aku membiarkan dirimu membacaku, padahal aku benci dibaca. Tapi aku malah mempersilahkan, bahkan berusaha memendarkan perasaan, aku minta dibaca. Kubiarkan kau membacaku, atau mungkin, aku justru minta dibaca olehmu. Bukan karena suatu alasan yang cukup penting. Bukan karena ada satu pesan yang harus sampai, tapi aku tak bisa menympaikannya. Kupikir ini buah dari keputusasaan, kekecewaanku karena gagal total membacamu. Tidak mampu membaca apapun darimu. Kubiarkan kau membacaku, sebagaimana kubiarkan cinta ini berpendar. Sebagaimana kupersilahkan rindu ini meluap-luap. Tak tertampung. Tak lagi terbendung. Bahkan mungkin, kebersamaan pun tak sanggup meghapusnya. Ia tetap tertanam begitu dalam. Kubiarkan kau membacaku, bahkan aku minta dibaca. Bacalah aku, kumohon. Karena aku sama sekali gagal membacamu. Bacalah aku, jika kau mau. Aku minta dibaca. Tidakkah kau merasakannya? Tidakkah kau membacanya? Terinspirasi dari

Kisah Cinta Ayah dan Ibu

Aku tidak pernah tahu, seperti apa romantis itu. Ah, tentu saja karena aku terlalu muda. Terlalu kecil untuk tahu dan mengenal apa itu cinta. Yang aku tahu, cinta adalah apa yang dialami ayah dan ibu. Kalau menurut teorinya Stenberg, triangle of love, love = intimacy + passion + comitment. Lalu, apa bentuk konketnya? Seperti apa yang bisa disebut cinta? Apakah ia adalah tebaran kata-kata manis yang tertabur begitu saja seperti dalam cerita? Ataukah ia peluk cium yang bisa dilakukan kapan saja di mana saja sepeti yang terlukis dalam layar kaca? Tapi yang aku tahu, cinta jauh lebih sederhana daripada itu. Cinta itu, ketika ayah menjadikan dirinya tempat ibu bersandar, dan matanya basah mengetahui fisik ibu sedang tidak fit. Cinta itu, saat ibu memeluk ayah dan mengucapkan terima kasih. Cinta itu, ketika ayah dan ibu pergi berdua berboncengan, membeli buku "Sakinah Bersamamu". Mungkin cinta itu seperti kisah di dalam buku itu. Cinta adalah jawaban atas pertanyaan seorang p

Ngopi Pertama: Tradisi Keilmuan Cendekiawan Muslim

- NIAT - >> Harta >> Qarun >> Binasa >> Ilmu >> Hamman >> Binasa >> Kekuasaan >> Fir'aun >> Binasa >> Mencari ridha Allah :) - 4 TIPS MENUNTUT ILMU - 1. Peka terhadap fasilitas-fasilitas dalam menuntut ilmu 2. Tidak merasa bertambah pandai dengan bertambahnya ilmu 3. Cukup mengerti ilmu dasar sebelum belajar ilmu cabang 4. Menurut Santrock, masa remaja adalah masanya menyatukan 4 keping kepribadian:     a. Kognisi -> pikiran     b. Afeksi -> perasaan     c. Psikomotorik -> perilaku     d. Sosial     Maka, gunakan keempatnya dalam menuntut ilmu. - PASSION - Passion itu ditemukan dalam kerja, dalam belajar. Segera kenali passion sebelum usia 23 (masa dewasa awal). ~ 3 ciri passion ~ 1. Jika dilakukan 24 jam non stop, tidak lelah. 2. Jika dicaci atau dipuji, energi tidak berubah. 3. Jika mengerjakan tanpa bayaran, mau. ~ 3 cara menemukan passion ~ 1. Memahami apa yang dibutuhkan oleh ma

Ini Tentang Rumah, Rumah yang Sebenarnya

Apakah kamu benar-benar telah di rumah? Atau hanya berada di dalam bangunan? Menurutku, rumah itu, tempat aku bernaung, tempat aku berlindung, dari segala iklim dan cuaca, semua musim, seluruh suhu. Tempat mencari kehangatan ketika di luar dingin. Tempat mencari kesejukan ketika di luar panas. Tempat menemukan ketenangan ketika di luar gemuruh. Tempat menemukan keceriaan ketika di luar sepi. Itulah rumah yang sesungguhnya. Tempat kita bersandar, tergeletak, dalam lelah yang berurai air mata. Tempat beristirahat ketika payah, tempat di mana luka terobati. Tempat mengeluh, tempat mengusap peluh. Itulah rumah, rumah sebenarnya. Ketika kamu di dalamnya, kamu membuka batas dan penutup yang kamu kenakan di luar. karena semua yang ada di dalamnya adalah keluargamu. Di dalamnya kamu bermanja, "aaa, aku belum bisa, aku belum paham apa-apa..." Di dalamnya kamu merengek, "aku tidak seperti kalian semua, yang luar biasa, aku tidak yakin akan mampu..." Padahal di luarnya

Sebuah Buku Berjudul Bukan di Negeri Dongeng

Ini buku bertahun lalu, saat aku masih SD. Buku yang sangat laris, smpai-sampai ketika itu penerbitnya sendiri pun kehabisan. Dalam waktu cepat. Buku tersebut menceritakan kisah-kisah orang-orang baik yang tidak terlalu terkenal. Mereka ada di Indonesia, bukan hanya di negeri dongeng. Mereka ada di negeri kita. Saking larisnya, bahkan saya belum pernah membacanya. Belum pernah membukanya. Dan sekarang, saya menemukan ebooknya. Selamat membaca Hanifa. Jika suatu saat nanti ada buku Bukan di Negeri Dongeng 2, semoga buku itu lebih tebal dari sebelumnya.

Prosedur Pindah TPS

Prosedurnya ada di Peraturan KPU No.3 tahun 2009, cuplikannya sebagai berikut: Pasal 3 (1) Pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara di TPS, adalah : a. pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap untuk TPS (Model A3); dan b. pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tambahan (Model A4). (2) Daftar pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas pemilih yang  telah terdaftar dalam daftar pemilih tetap di TPS asal, tetapi karena keadaan tertentu  pemilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya untuk memilih di TPS yang telah ditetapkan. (3) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi keadaan karena  menjalankan tugas pada saat pemungutan suara atau karena kondisi tidak terduga  diluar kemauan dan kemampuan yang bersangkutan, antara lain karena sakit, menjadi  tahanan, tugas pekerjaannya (pilot, pramugari, nahkoda, pekerja lepas pantai, masinis,  pemantau pemilu, pengawas pemilu, saksi pemilu, wartawan, dan pejabat negara/PNS),  tugas be

Ini Hari Kasih Sayang

Ini hari kasih sayang sungguhan. Bagaimana tidak? Satu jam kurang beberapa menit sebelum pukul 00.00 tiba, Allah membuktikan kasih sayangnya. Menurunkan hujan yan tidak biasa, menutupi semua merah muda menjadi abu-abu. Kemudian kita bersyukur sekaligus menyesali kekesalan kita pada hujan air kemarin-kemarin. Air yang diturunkan-Nya untuk menghidupi bumi, kini ada abu yang menyuburkan dan menurunkan suhu. Kemudian kita tersadar, orang yang akan kita beri coklat bukan cinta sejati. Orang yang memberi kita bunga bukan cinta hakiki. Cinta hakiki hanya pada-Nya. Cinta yang sebenarnya, yang melahirkan doa kepada saudara-saudara kita yang sedang merasakan kesulitan. Tiada alasan untuk tidak menyadari kasih sayang-Nya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan engkau dustakan?

Tak Terasa 14 Februari Sebentar Lagi

Tak terasa 14 Februari sebentar lagi. Ada apa ya? Saya sih tahunya Jum'at Kliwon. Memangnya kenapa kalo Jum'at Kliwon? Yaa... saya lahir Jum'at Kliwon. Udah.  Saya juga baru sadar kalau sebagian remaja menganggapnya sebagai hari yang sangat spesial. Sebagian? Iya, sebagian. Itu lhoh, yang gaul, keren, mengagumkan, menakjubkan, mengesankan, cakep dah. Makanya, bertebaranlah tema-tema yang sangat cantik untuk dibahas. Perhatikan poster-poster di bawah ini.   Nah lhoh, ngomongin cinta. Nih topik nggak pernah basi ya. Tapi, aurat itu apa ya? Nah, ini dia. Aurat harus ditutup. Aurat laki-laki dari pusar sampai lutut sedangkan aurat perempuan seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan muka.  Terus 14 Februari 2014 besok itu Hari Menutup Aurat. Apa itu ya? Nah, ini dia. 14 Februari 2014 itu Hijab Day. Wah, ada #GerakanMenutupAurat juga. Keren bangeeett! Cieee... memang jilbab itu mahkota untuk muslimah ya, dengan berjilbab, berarti menjadi ratu.  Nah, ad

Hijab For Policewoman (Repost Awal Juli 2013)

Sebegitu besarkah kebencian mereka kepada hijab, sampai-sampai aturan yang sudah jelas memperbolehkan hijab bagi polwan hanyalah sebatas aturan. Pada prakteknya semua dilempar ke sana ke mari. Entah alasan apa lagi. Alasan dana, anggota dewan sebagai penyusun anggaran siap membantu. Kalaupun harus membeli, polwan juga bersedia. Banyak juga donatur menyatakan siap membantu.  Masalah model, di Aceh sudah ada. Tinggal dibuat saja yang serupa untuk seluruh Indonesia. Entah ada masalah apa lagi, mengapa belum juga terealisasi. Mengapa saya merasakan udara kebencian? Ah, saya memang tidak paham sebenarnya apa masalahnya. Saya berharap dapat segera direalisasikan.  Saya juga berhijab, saya paham keinginan itu. Keinginan mematuhi perintah-Nya, memahkotai raganya, mencantikkan akhlaqnya, menshalihahkan dirinya. Saya yakin, membayar sendiri bukan masalah, kualitas model tak dipikirkan. Para polwan itu hanya ingin menutup auratnya.

Mengapa Harus Berjilbab? (2)

ياأْيّهاالنّبيّ قل ْلأزْواجك وبناتك ونساءالمؤْمنين يدْنين من جلابيبهن ّذلك أدنى أن يعْرفْن فلا يؤْذيْن وكان الله غفورا رحيما Hai Nabi, katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ” Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.”Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.33 al-Azhab:59)

Mengapa Harus Berjilbab? (1)

(QS. An-Nur [24] : 31) Surat An-Nur ayat 31: وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ Katakanlah kepada wanita beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah

Jangan Golput

Dari pemilu ke pemilu, jumlah golput terus meningkat. Wajar saja, semakin lama informasi dan komunikasi semakin terbuka sehingga setiap keburukan dapat diketahui orang banyak dengan lebih cepat dan mudah. Termasuk kekurangan-kekurangan para pemimpin. Menurut pendapat saya, golput itu salah. Iya, salah. Dilogika saja, golput itu tidak bermanfaat sedikitpun. Kalau misalnya yang baik yang menang, berarti orang yang golput tidak mendukung kebaikan. Dan kalau misalnya yang tidak baik yang menang, wah, apalagi. Mempersilahkan orang yang tidak baik memimpin Indonesia? Kalau alasannya golput karena tidak memilih semuanya, ah, itu lucu sekali. Dipikirnya golput berarti memilih untuk tidak mendukung siapapun. Padahal menurutku golput itu berarti memilih untuk mendukung siapapun yang terpilih. Ah, aku tahu apa? Aku hanya mengira-ira, dan ingin melakukan yang tebaik yang bisa kulakukan.

Semangat Pagi, Semangat Mengawali

[Untukmu yang Menakjubkan] Tetaplah menjadi yang bicara ketika yang lain bungkam Tetaplah menjadi yang bergerak saat yang lain diam Tetaplah menjadi yang bekerja bila yang lain membangun citra Tetaplah menjadi yang berkarya jika yang lain cari muka Tetaplah menjadi yang belajar meski yang lain berburu gelar Tetaplah menjadi yang berprestasi walau yang lain mengincar puja-puji Tetaplah menjadi yang berempati biarpun yang lain tak peduli Tetaplah menjadi yang berjuang kalau yang lain tumbang Arina Dina Hanifa Yogyakarta, 20 Januari 2014 09.40 WIB

Perempuan dan Pelacuran

Saya perempuan. Saya malu melihat atau mengetahui perempuan lain memakai pakaian yang terlalu terbuka. Entah mengapa mereka yang melakukan tidak malu. Saya tidak habis pikir. Atau jangan-jangan, mungkin ada yang malu ketika melihat saya berjilbab diulur tidak dililit, dan pakai rok panjang, dirangkap celana panjang pula. Mungkin ada. Entahlah. Tapi yang jauh lebih menyesakkan, ketika seorang pejabat, perempuan, berjilbab, yang menolak menutup pelacuran karena menurutnya PSK adalah pahlawan. Ya Allah, beliau butuh psikolog! Ilmu pengetahuan mana, nilai mana, norma mana, agama mana, yang menyetujui pernyataan itu?! Oh, ada LSM yang setuju, yang bicara perempuan juga! Ya Allah! Katanya para PSK pahlawan keluarga, mereka bekerja demi hidup keluarga. Lalu, mengapa solusinya adalah lokalisasi tetap ada? Bukan menambah lapangan pekerjaan? Eh iya, suaminya kemana? Ayahnya kemana? Pamannya kemana? Saudara laki-lakinya kemana? Itu kan kewajiban mereka. Kok perempuan yang harus bekerja, menju

Pilih Mereka!

Mereka yang bangkit ketika yang lain tidur, pilihkah mereka. Mereka yang bicara ketika yang lain bungkam, pilihlah mereka. Mereka yang bergerak ketika yang lain diam, pilihlah mereka. Mereka yang bekerja ketika yang lain membangun citra, pilihlah mereka. Mereka yang berkarya ketika yang lain cari muka, pilihlah mereka. Mereka yang cemerlang sejak muda ketika yang lain membuka mata setelah tua, pilihlah mereka. Mereka yang muda dengan kejujuran, pilihlah mereka. Mereka yang berprestasi tanpa kecurangan, pilihlah mereka. (79 Hari Menuju Pesta Demokrasi)

Ini Kisah Tentang Seorang Lelaki

Ini kisah tentang seorang lelaki. Muhammad namanya. Ia pergi ke Thaif. Akan berdakwah di sana. Menyampaikan kebenaran, membuka indera dan akal masyarakat bahwa paganisme tak berdasar. Pencipta tak mungkin diciptakan. Maka Pencipta yang sesungguhnya adalah Allah yang memerintahkan manusia kepada kebaikan. Ia datang berdua saja dengan seorang anak muda. Tetapi sesampainya di sana, ia disambut lemparan batu, bahkan oleh anak kecil. Dihujani pula dengan sebutan orang gila. Ia bahkan belum menyampaikan maksudnya. Ia baru datang saja. Ia tidak membawa apapun yang bisa membahayakan. Ia hanya datang ingin menyampaikan kebenaran, karena cinta di hatinya tidak tega melihat orang lain terjerumus dalam kesesatan. Ia, berlari menghindari hujan batu, berdua. Berdarah luka di tubuhnya dari lempatan batu. Kakinya pun mengalirkan darah, tapi ia harus terus melangkah. Tertatih, perih, ia menjauh dari kerumunan massa pelempar batu yang telh melukainya dan sahabat mudanya. Datanglah malaikat penjaga

Lingkaran Terdalam Kehidupan

Kini aku paham, setiap kita pasti memiliki lingkaran terdalam kehidupan. Ia berisi keluarga biologis, keluarga sosiologis, dan keluarga ideologis. Keluarga biologis karena keturunan, keluarga sosiologis karena seringnya berinteraksi, keluarga ideologis karena sehati. Dulu aku begitu heran. Seorang tokoh yang menjadi puncak pimpinan dalam suatu organisasi ternyata gugup kala berbicara. Tapi ternyata ia begitu hebat, begitu cemerlang, tegas, gagah, dan berwibawa, ketika berbicara di luar forum itu. Mungkin karena dalam organisasi itu ia "hanya" anggota saja, tak harus melindungi, mengayomi, dan mewakili. Maka ia boleh gugup berbicara, grogi, padahal di luar sana ia bicara lantang, keren luar biasa. Mungkin, itulah lingkaran terdalam. Tempat orang yang sehebat apapun, secemerlang apapun, semendunia apapun kekerenannya, mengisi ulang semangatnya untuk kemudian keluar kembali dan menebarkan manfaat serta memancarkan cahaya kebaikan bagi dunia. Lingkaran terdalam bagaikan saran

Makan Siang dan Berat Badan

Inikah kuliah? Tak ada yang berubah. Selain kata maha di depan siswa dan waktu luang siang-siang. Dan seperti biasa, waktu luang adalah untuk membaca dan memikirkan berita-berita yang berseliweran dimana-mana. Satu lagi yang berubah adalah soal makan siang. Dulu waktu SMA, sepulang sekolah bisa jadi ada praktikum, ekskul, atau pergi main ke suatu tempat, mungkin melanglang buana mencari ilmu dari forum ke forum, atau membahas sesuatu. Membawa bekal tidak banyak membantu. Waktu istirahat siang dari sekolah habis untuk shalat dzuhur. Sepulang sekolah, mungkin baru sempat. Atau kumakan saat perjalanan pergi kalau dapat tempat duduk. Atau saat perjalanan pulang kalau dapat tempat duduk. Tapi yang paling sering, kumakan ketika sudah sampai di rumah. :D Dengan segala aktivitas SMA yang memenuhi hari-hari, membutuhkan fisik, dan pikiran, akupun menumpang timbangan di apotek seberang sekolah. Setelah hari-hari berlalu penuh kelelahan tanpa makan siang, kusaksikan berat badanku naik empat