Langsung ke konten utama

Catatan Hari Ibu 3

Rincian Harga Kasih Sayang Seorang Ibu [Nice Story]
Seorang anak yang kaya lagi sukses menjenguk ibunya yang terbaring di rumah sakit. Sudah sebulan lamanya sang ibu bergelut dengan penyakit yang nyaris merenggut nyawanya. Alhamdulillah, tepat keesokan harinya sang ibu telah diijinkan pulang oleh dokter.

Dengan segera, si anak mengantar ibunya kembali ke rumah. Ketika sampai di rumah, dan melihat ibunya terbaring, tiba tiba si anak mengeluarkan lembaran lembaran kertas untuk diberikan kepada ibunya. Isinya adalah tagihan uang selama perawatan di rumah sakit.


Obat: Rp. 12.500.000
Kamar rumah sakit: Rp. 8.000.000
Uang Lelah menjenguk: Rp. 4.000.000
Uang Jaga malam di rumah sakit: Rp. 3.000.000
Uang untuk Merawat ibu selama sebulan :Rp. 5.000.000
Kerugian karena harus meninggalkan meeting: Rp 4.500.000
Bensin untuk perjalanan: Rp. 1.000.000
Lain lain: Rp. 10.000.000
Tak lupa, dipojok kiri bawah tertulis "Bisa dilunasi kontan atau dicicil"

Sang ibu tersenyum kepada anak kesayangannya tersebut. Beliau lalu mengambil sebuah map dan menyerahkan kepada anaknya.

Si anak yang tidak mau waktunya terbuang, segera meluncur meninggalkan rumah ibunya. Beberapa jam setelah itu,ponselnya berdering dan seorang kerabatnya mengabarkan kalau penyakit ibunya kambuh. Si anak terdiam tidak perduli, jadwal kerjanya masihlah sangat banyak dikantor, dan itu yang harus diutamakan, pikirnya.

Sebentar kemudian, dia teringat untuk membuka dan mengetahui isi dari sebuah map yang telah diberikan ibunya hari itu. Ternyata berisi sebuah sertifikat rumah, tanah, dan lain lain milik ibunya.

Belum sempat dia menyelesaikan membaca, tiba tiba ponselnya berdering lagi. Kali ini kerabatnya memberitahukan bahwa sang ibu telah meninggal dunia.

Si anak masih terdiam, sampai dia melihat secarik kertas kecil yang jatuh diantara beberapa surat yang digenggamnya...

Sebuah surat terakhir dari ibunya yang berisi...

"Terimakasih atas semua yang telah kau berikan pada ibu, anakku sayang. Kau punya rincian, ibupun akan demikian. Namun ibu merasa kurang bisa mengisi berapa harga yang pas untuk rincian ini."


Biaya pembelian nutrisi untukmu selama kau di dalam kandungan: Rp....
Biaya bersalin ibu untukmu ditambah biaya kesakitan melahirkanmu : Rp....
Biaya merawatmu setiap malam: Rp...
Biaya Air susu ibu:Rp....
Biaya sekolah, makan, tempat tinggal untukmu: Rp. ..
Biaya mendidikmu hingga kau dewasa dan sukses :Rp...
Biaya Mengasihimu selama 30 tahun: Rp....
Biaya Mendoakanmu: Rp....
Lain- lain: Rp....
Ah ibu bercanda anakku...
Ibu serahkan semua ini sebagai warisan untukmu. Maap ibu tidak bisa memberimu lebih banyak. Maafkan ibu."

Tangis penyesalanpun akhirnya memenuhi ruangan itu... 


Tidak akan terbayarkan oleh Apapun Jasa-jasa Ibumu walaupun dengan Emas Sebesar Gunung


Selamat Hari Ibu 22 Desember


"kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa.. hanya memberi tak harap kembali..
Bagai sang surya menyinari dunia.."



Selamat Hari Ibu, 22 Desember 2010

~Sejarah singkat

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938.

Kemudian Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No.316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.


I Love You Mom


Mothers hold their children's hands for a short while, but their hearts forever. - Ibu memang memeluk anak-anak mereka hanya sebentar, tetapi hati mereka (ibu) memeluk anak-anak mereka selamanya.
Puisi Untuk Ibu

Ibu,
aku ingin menghapuskan wajah di cermin
namun dengan kelembutan
kuraih jemariku
urungkan keinginan hati

kata-katamu mengalir bening
selaksa air sungai di masa lalu
Katamu;
bahwa hidup memang ada luka
bahwa hidup memang ada duri
bahwa hidup memang ada kelam
bahwa hidup memang ada jingga
bahwa hidup memang penuh warna

Ibu,
Kau bilang aku tak perlu menghapus wajah di cermin
tetapi Ibu,
mengertikah engkau rasa gundah
yang selalu mengepungku dari tujuh sisi
setiap melihat bayangan wajahku
di cermin penuh debu ?

Ibu,
dulu, kemarin, dan hari ini aku telah melukis hari
dengan api di dada yang selalu kunyalakan
yang kutemukan hanya lilin

Aku ingin sepertimu Ibu
nyalakan lilin
yang terbit matahari
tangkap kunang-kunang
yang muncul rembulan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Angka 100

Di usia blog yang sudah 100 post ini, mungkin bisa terbilang bagus lah. Memasuki bulan ke-10, post ke-100, dengan 795 pengunjung. Termasuk bagus untuk ukuran orang seperti saya :) Buat banyak orang, 100 melambangkan kesempurnaan. Melambangkan kepenuhan, kepadatan, kepastian, kecukupan. Buat pelajar, 100 adalah nilai maksimal yang sempurna tanpa cela sedikit pun. Dalam prosentase, 100% menunjukkan sepenuhnya, kepastian, keseluruhan. Tapi bagi blogger, 100 postingan bukan angka yang sempurna. Masih perlu banyak perbaikan dan perkembangan. Apalagi dalam keuangan. 100, terutama 100 rupiah adalah jumlah yang sangat sedikit. Walaupun untuk beberapa mata uang lain termasuk banyak. Tapi tidak ada kata puas dalam mengejar uang bukan? "Ini adalah postingan saya yang ke-100!" Sebuah titik tolak untuk mengembangkan blog ini. :| Blog ini tentunya masih berantakan sekali. :) Tadi waktu liat udah bikin 99 post jadi nemu inspirasi baru buat ngetik ini. Entah kenapa, mungkin post yang ke-100

Egosentrisme dan Sudut Pengambilan Gambar

Egosentrisme adalah ketidakmampuan anak-anak yang masih berada pada tahap perkembangan sensori-motori (sekitar usia 2-6 tahun). Contohnya, anak itu belum bisa memahami kalau keempat gambar ini memiliki objek yang sama. [dari buku Santrock, Life Span Development. Teorinya Piaget] Orang dewasa yang secara teori perkembangan seharusnya sudah tidak egosentris, tentu tahu bahwa suatu realita yang sama bisa ditampilkan dengan beberapa cara yang berbeda. Saya sedang tertarik dengan foto demo. Di sini saya membantah kata-kata seorang teman yang saya sayang "yang tertarik buat ngelirik aksi cuma 'anak aksi' juga". Saya bukan anak aksi tapi saya suka pengen tau sama orang aksi. Kan kadang ada aksi yang nggak jelas pesan yang disampaikan itu apa. Bukannya aksi itu salah satu tujuannya juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang persoalan itu ya? Lah kalo udah teriak-teriak, bawa banyak atribut, udah ada massa aksi yang dandan juga, tapi saya yang cukup

TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi

ASMA KARIMAH TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya, namun wanita-wanita negrinya sudah terbata-bata membaca cita-citanya. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi . Sementara Kartini sesungguhnya semakin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya. Penerbit Hanifah buku muslimah dan keluarga Daftar Pustaka : Asma Karimah, TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi . Penerbit Hanifah, 1994 (cetakan kelima).