Langsung ke konten utama

Visualisasi Wisuda

Awal-awal jadi mahasiswa, saya pernah hadir dalam suatu forum semacam diskusi. Saya lupa siapa yang bicara di depan, tapi saya masih ingat isinya. Kami, para peserta, maba-maba unyu ini, diminta untuk membuat visualisasi wisuda. Menuliskannya dalam bentuk cerita lengkap di atas kertas.

Mas-mas yang saya lupa wajah dan namanya apalagi dia siapa itu berkata, "Kalian mau IPK berapa saat wisuda? Mau berapa banyak dan siapa aja yang nyambut dan berbahagia atas wisuda kalian? Kalian pasti sedih kan, kalo IPKnya 4, tapi pas wisuda yang ngasih ucapan selamat cuma orang tua? Bandingin sama yang IPKnya cuma 3,5 tapi yang nyambut, ngucapin selamat, ngajak foto bareng, dan ngasih bunga puluhan orang."

Waktu itu saya gemes sama sang mahasiswa tingkat akhir (kayaknya sih, soalnya masnya mungkin udah lulus sekarang, dulu kayak masnya itu angkaan tua). Masak ya IPK 3,5 dibilang cuma. Mungkin karena beliau IPKnya di atas  3,5 banget kali ya.

Sayangnya waktu itu, karena waktunya singkat, kami para peserta baru menuliskan cerita singkat. Dan punya saya sudah hilang. Ya, belum terlambat membuat visualisasi wisuda di semester empat. Lebih keren lagi kalau membuatnya sebelum masuk kuliah.

:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Angka 100

Di usia blog yang sudah 100 post ini, mungkin bisa terbilang bagus lah. Memasuki bulan ke-10, post ke-100, dengan 795 pengunjung. Termasuk bagus untuk ukuran orang seperti saya :) Buat banyak orang, 100 melambangkan kesempurnaan. Melambangkan kepenuhan, kepadatan, kepastian, kecukupan. Buat pelajar, 100 adalah nilai maksimal yang sempurna tanpa cela sedikit pun. Dalam prosentase, 100% menunjukkan sepenuhnya, kepastian, keseluruhan. Tapi bagi blogger, 100 postingan bukan angka yang sempurna. Masih perlu banyak perbaikan dan perkembangan. Apalagi dalam keuangan. 100, terutama 100 rupiah adalah jumlah yang sangat sedikit. Walaupun untuk beberapa mata uang lain termasuk banyak. Tapi tidak ada kata puas dalam mengejar uang bukan? "Ini adalah postingan saya yang ke-100!" Sebuah titik tolak untuk mengembangkan blog ini. :| Blog ini tentunya masih berantakan sekali. :) Tadi waktu liat udah bikin 99 post jadi nemu inspirasi baru buat ngetik ini. Entah kenapa, mungkin post yang ke-100

Egosentrisme dan Sudut Pengambilan Gambar

Egosentrisme adalah ketidakmampuan anak-anak yang masih berada pada tahap perkembangan sensori-motori (sekitar usia 2-6 tahun). Contohnya, anak itu belum bisa memahami kalau keempat gambar ini memiliki objek yang sama. [dari buku Santrock, Life Span Development. Teorinya Piaget] Orang dewasa yang secara teori perkembangan seharusnya sudah tidak egosentris, tentu tahu bahwa suatu realita yang sama bisa ditampilkan dengan beberapa cara yang berbeda. Saya sedang tertarik dengan foto demo. Di sini saya membantah kata-kata seorang teman yang saya sayang "yang tertarik buat ngelirik aksi cuma 'anak aksi' juga". Saya bukan anak aksi tapi saya suka pengen tau sama orang aksi. Kan kadang ada aksi yang nggak jelas pesan yang disampaikan itu apa. Bukannya aksi itu salah satu tujuannya juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang persoalan itu ya? Lah kalo udah teriak-teriak, bawa banyak atribut, udah ada massa aksi yang dandan juga, tapi saya yang cukup

TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi

ASMA KARIMAH TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya, namun wanita-wanita negrinya sudah terbata-bata membaca cita-citanya. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi . Sementara Kartini sesungguhnya semakin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya. Penerbit Hanifah buku muslimah dan keluarga Daftar Pustaka : Asma Karimah, TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi . Penerbit Hanifah, 1994 (cetakan kelima).