Langsung ke konten utama

Surat Cinta Kakak

Sungguh, adikku. Tidak pernahnya aku bertanya, "Siapa yang butuh?" bukan karena pura-pura lemah lembut. Tapi karena aku sudah bertanya di dalam hati terlebih dahulu, dan menjawabnya. Bahwa entah kalian butuh atau tidak, tapi aku membutuhkan kalian. Kalian membuatku menjadi lebih semangat mengilmui dan mengamalkan. Kalian mengubahku menjadi lebih baik. Kalian memberiku alasan untuk tersenyum dan belajar.

Sungguh, adikku. Ketika aku bilang kalian adalah adik-adik yang baik dan membanggakan, itu bukan karena aku ingin memuji. Tapi karena kalian memang sungguh baik dan membanggakan. Kalian punya ide kreatif, pengalaman cemerlang, dan wawasan luas. Kalian punya potensi yang terus berkembang. Kalian akan menjadi yang terbaik, di manapun itu.

Sungguh, adikku. Jika aku meminta maaf pada kalian, bukan karena aku ingin kalian meminta maaf juga. Tapi karena aku menyadari diri yang penuh keterbatasan ini. Kakak yang tidak cukup dewasa, berwawasan, berpengalaman, dan berkemampuan untuk mendampingi kecemerlangan kalian. Maaf jika tidak cukup cerdas, segar, dan menarik untuk membuat kalian betah. Maaf karena tidak cukup perhatian dan rajin untuk selalu menyapa.

Sungguh, adikku. Kata-kata terimakasih yang kuucapkan bukan pemanis bibir, tapi sungguh satu-satunya hal yang bisa kuberikan. Karena tidak pernah bisa memberikan apapun, belum mampu, dengan kapasitas diri yang saat ini. Tapi kalian selalu menjadi adik yang ceria, bersemangat, dan mewarnai hari-hariku.

Sampai jumpa, jika tidak di dunia, semoga kita bisa reunian di surga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Angka 100

Di usia blog yang sudah 100 post ini, mungkin bisa terbilang bagus lah. Memasuki bulan ke-10, post ke-100, dengan 795 pengunjung. Termasuk bagus untuk ukuran orang seperti saya :) Buat banyak orang, 100 melambangkan kesempurnaan. Melambangkan kepenuhan, kepadatan, kepastian, kecukupan. Buat pelajar, 100 adalah nilai maksimal yang sempurna tanpa cela sedikit pun. Dalam prosentase, 100% menunjukkan sepenuhnya, kepastian, keseluruhan. Tapi bagi blogger, 100 postingan bukan angka yang sempurna. Masih perlu banyak perbaikan dan perkembangan. Apalagi dalam keuangan. 100, terutama 100 rupiah adalah jumlah yang sangat sedikit. Walaupun untuk beberapa mata uang lain termasuk banyak. Tapi tidak ada kata puas dalam mengejar uang bukan? "Ini adalah postingan saya yang ke-100!" Sebuah titik tolak untuk mengembangkan blog ini. :| Blog ini tentunya masih berantakan sekali. :) Tadi waktu liat udah bikin 99 post jadi nemu inspirasi baru buat ngetik ini. Entah kenapa, mungkin post yang ke-100

Egosentrisme dan Sudut Pengambilan Gambar

Egosentrisme adalah ketidakmampuan anak-anak yang masih berada pada tahap perkembangan sensori-motori (sekitar usia 2-6 tahun). Contohnya, anak itu belum bisa memahami kalau keempat gambar ini memiliki objek yang sama. [dari buku Santrock, Life Span Development. Teorinya Piaget] Orang dewasa yang secara teori perkembangan seharusnya sudah tidak egosentris, tentu tahu bahwa suatu realita yang sama bisa ditampilkan dengan beberapa cara yang berbeda. Saya sedang tertarik dengan foto demo. Di sini saya membantah kata-kata seorang teman yang saya sayang "yang tertarik buat ngelirik aksi cuma 'anak aksi' juga". Saya bukan anak aksi tapi saya suka pengen tau sama orang aksi. Kan kadang ada aksi yang nggak jelas pesan yang disampaikan itu apa. Bukannya aksi itu salah satu tujuannya juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang persoalan itu ya? Lah kalo udah teriak-teriak, bawa banyak atribut, udah ada massa aksi yang dandan juga, tapi saya yang cukup

TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi

ASMA KARIMAH TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya, namun wanita-wanita negrinya sudah terbata-bata membaca cita-citanya. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi . Sementara Kartini sesungguhnya semakin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya. Penerbit Hanifah buku muslimah dan keluarga Daftar Pustaka : Asma Karimah, TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi . Penerbit Hanifah, 1994 (cetakan kelima).