Langsung ke konten utama

Dream Land

Dream Land

oleh Chocolatos pada 13 Juni 2011 jam 9:15

Suatu ketika di atas sebuah pulau, berdiri dua buah kerajaan yang sama – sama berusaha untuk menguasai pulau tersebut. Masing – masing raja dari ke dua kerajaan adalah raja yang ambisius dan menghalalkan segala cara untuk menjadi yang terkuat. Karena ambisi mereka, telah banyak rakyat dan prajurit kerajaan yang menjadi korban, tapi mereka tidak mau peduli dengan pertumpahan darah yang terjadi. Mereka adalah raja yang kejam dan tidak mempedulikan nasib rakyatnya demi ambisi mereka.

Sebut saja dua kerajaan ini, kerajaan Sang dan kerajaan Sing. Suatu ketika raja dari kerajaan sing di karuniai seorang putra, yang di beri nama shin. Berbeda dengan ayahnya raja kerajaan sing, shin adalah anak yang tidak suka dengan pertumpahan darah dan memikirkan orang lain. Karena tumbuh dengan didikan n agama di dalamnya, maka dia tumbuh menjadi seorang pemuda yang bijaksana, dan pada usianya yang ke 17, ayahnya meninggal, dan dia di nobatkan menjadi seorang raja mengantikan ayahnya, karena dia satu – satunya anak tunggal pewaris tahta kerajaan sing.

Kabar bahwa raja kerajaan sing meninggal ternyata sampai ke telinga raja kerajaan sang, dan tanpa mengulur waktu raja kerajaan Sang mengerahkan seluruh pasukannya untuk mengempur kerajaan sing. Dalam waktu sekejap, jatuh korban dari ke dua kerajaan tersebut. Karena jumlah prajurit kerajaan sing lebih banyak dan raja barunya yang cakap, maka kerajaan Sang pun dapat di pukul mundur. Karena pertempuran ini, banyak prajurit dari ke dua kerajaan yang terluka. Raja kerajaan sang tidak mau mempedulikan prajuritnya yang terluka, dia malah menyalahkan kerja keras para prajuritnya, menurutnya kegagalannya menjadi yang terbaik disebabkan oleh para prajuritnya, dia pun memperketat jadwal latihan para prajuritnya dan para prajurit yang dianggap sudah tidak berguna lagi akan di kucilkan dan di asingkan ke hutan. Lain halnya dengan raja Shin, dia merawat pasukannya yang terluka dan mempedulikan kesejahteraan mereka yang sudah tidak dapat aktif lagi karena alasan usia atau pun cacat karena perang. Karena kebaikannya, nama raja Shin terdengar sampai ke seluruh penjuru pulau tersebut.

Tahun demi tahun pun berlalu, karena kekejaman raja Sang, rakyat kerajaan Sang pun satu persatu melarikan diri dan meminta perlindungan kepada raja Shin. Terutama para prajurit yang sudah tua dan tidak bisa aktif lagi.

Merasa sudah cukup kuat, raja Sang mengerahkan pasukannya untuk menyerang kerajaan Sing. Namun betapa terkejutnya raja Sang saat sampai ke kerajaan Sing, ternyata para prajurit dan orang – orang yang di kucilkannya menjadi pemanah di kerajaan Sing, sehingga pasukan kerajaan Sang sulit untuk mendekati benteng kerajaan Sing. Rupanya para prajurit yang mengalami cacat akibat perang dilatih menjadi pemanah, sedangkan para lansia sebagian di latih menjadi pembuat panah dan busurnya. Raja Sang benar – benar tidak pernah menyangka orang – orang yang dianggapnya tidak berguna, ternyata adalah orang yang paling menghambat langkahnya.

Perang pun terjadi 3 hari lamanya, akhirnya karena kerja sama yang solid tentara kerajaan Sang pun dapat dikalahkan dan raja kerajaan Sang pun di tawan beserta beberapa prajurit lainnya dan di bawa awa menghadap raja Shin. Mendengar raja kerajaan Sang tertangkap, para rakyat dan prajurit yang merasa terbuang dari kerajaan Sang yang kemudian menetap sebagai penduduk di kerajaan sing pun datang ke depan istana kerajaan dan meminta raja Shin untuk mengeksekusi mati raja dari kerajaan Sang.

Dengan pasrah raja Sang berkata sekarang saya sudah kalah, bunuh saja saya, daripada saya harus menanggung malu seperti ini!. Sambil tersenyum Raja Shin bertanya, kenapa anda mengatakan hal yang demikian? Di antara kita tidak ada yang menang atau pun kalah, saya adalah anda dan anda adalah saya, seandainya saya ada di posisi anda, maka saya adalah anda, dan jika anda ada di posisi saya, maka anda adalah saya. Saya yakin anda tidak ingin sakit, maka jangan menyakiti orang lain. Saya tidak ingin di benci oleh anda, maka saya juga tidak akan membenci anda. Jadi saya dan anda adalah sama. Apakah anda sadar bahwa kita telah mengorbankan banyak prajurit, banyak yang telah terbunuh dalam pertempuran ini. Saya juga sesungguhnya telah kalah dan saya malu akan diri saya sendiri, karena saya telah gagal melawan diri saya sendiri untuk tidak mengorbankan orang lain, tapi itu adalah hal yang tidak mungkin dalam pertempuran ini.

Saya bukanlah raja yang cakap karena saya tidak bisa menghentikan pertumpahan darah yang telah terjadi. Dan satu hal yang saya dapat lakukan sekarang adalah menghentikan pertempuran ini, saya tidak ingin lagi ada pertumpahan darah. Dengan membunuh Anda dan menguasai pulau ini saya tidak akan bisa mendapatkan kebahagiaan, karena saya hidup di atas lumuran darah, bahagia di atas penderitaan orang lain. Apa yang saya dapatkan tidak akan mendamaikan saya selamanya, karena semua yang saya miliki tidak kekal adanya. Mendengar jawaban raja shin, raja Sang pun tertunduk dan berkata Anda benar, saya pun telah kalah oleh diri saya sendiri, sekarang lebih baik anda bunuh saya, karena saya telah begitu banyak berbuat dosa dan menyengsarakan hidup orang banyak. Dengan senyum, raja shin berkata, Mati tidak akan mengakhiri segalanya, namun merupakan awal penderitaan baru. Mendengar itu raja Sang bertanya Kalau begitu apa yang harus saya perbuat sekarang?. Raja Shin pun menjawab Hiduplah untuk saat ini dan gunakanlah apa yang telah kita miliki untuk menolong dan berbagi dengan sesama.

Karena kebaikan hati dan pandangan yang luas dari raja Shin, akhirnya pertumpahan darah dan perebutan kekuasaan tidak pernah lagi terjadi di pulau itu. Semua orang hidup dalam suka dan bersahabat satu sama lain.

Pengarang menyebut pulau tersebut dengan sebutan peace island. Saya harap semua orang yang membaca ini bisa membantu untuk mewujudkan terbentuknya peace island di dunia ini.

Oleh: Hong_Kosan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Angka 100

Di usia blog yang sudah 100 post ini, mungkin bisa terbilang bagus lah. Memasuki bulan ke-10, post ke-100, dengan 795 pengunjung. Termasuk bagus untuk ukuran orang seperti saya :) Buat banyak orang, 100 melambangkan kesempurnaan. Melambangkan kepenuhan, kepadatan, kepastian, kecukupan. Buat pelajar, 100 adalah nilai maksimal yang sempurna tanpa cela sedikit pun. Dalam prosentase, 100% menunjukkan sepenuhnya, kepastian, keseluruhan. Tapi bagi blogger, 100 postingan bukan angka yang sempurna. Masih perlu banyak perbaikan dan perkembangan. Apalagi dalam keuangan. 100, terutama 100 rupiah adalah jumlah yang sangat sedikit. Walaupun untuk beberapa mata uang lain termasuk banyak. Tapi tidak ada kata puas dalam mengejar uang bukan? "Ini adalah postingan saya yang ke-100!" Sebuah titik tolak untuk mengembangkan blog ini. :| Blog ini tentunya masih berantakan sekali. :) Tadi waktu liat udah bikin 99 post jadi nemu inspirasi baru buat ngetik ini. Entah kenapa, mungkin post yang ke-100

Egosentrisme dan Sudut Pengambilan Gambar

Egosentrisme adalah ketidakmampuan anak-anak yang masih berada pada tahap perkembangan sensori-motori (sekitar usia 2-6 tahun). Contohnya, anak itu belum bisa memahami kalau keempat gambar ini memiliki objek yang sama. [dari buku Santrock, Life Span Development. Teorinya Piaget] Orang dewasa yang secara teori perkembangan seharusnya sudah tidak egosentris, tentu tahu bahwa suatu realita yang sama bisa ditampilkan dengan beberapa cara yang berbeda. Saya sedang tertarik dengan foto demo. Di sini saya membantah kata-kata seorang teman yang saya sayang "yang tertarik buat ngelirik aksi cuma 'anak aksi' juga". Saya bukan anak aksi tapi saya suka pengen tau sama orang aksi. Kan kadang ada aksi yang nggak jelas pesan yang disampaikan itu apa. Bukannya aksi itu salah satu tujuannya juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang persoalan itu ya? Lah kalo udah teriak-teriak, bawa banyak atribut, udah ada massa aksi yang dandan juga, tapi saya yang cukup

TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi

ASMA KARIMAH TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya, namun wanita-wanita negrinya sudah terbata-bata membaca cita-citanya. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi . Sementara Kartini sesungguhnya semakin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya. Penerbit Hanifah buku muslimah dan keluarga Daftar Pustaka : Asma Karimah, TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi . Penerbit Hanifah, 1994 (cetakan kelima).