Langsung ke konten utama

Melangkah Jadi Mahasiswi, Ingat SD

Mengingat SD berarti mengingat kenangan indah yang telah mengantarkan menuju cita-cita. Di sana dibekali pendidikan karakter tanpa kurikulum 2013. Di sana kami semua berbeda, dan itu membuat kami yakin bahwa perbedaan itu benar-benar sebuah keindahan. Jika ada yang bilang itu hanya terjadi pada pelangi, maka kami adalah pelangi di bumi.

Kami angkatan pertama SDIT Salman Al Farisi, semacam kelinci percobaan kata orang kalau mendengar angkatan pertama. Kelinci percobaan yang berprestasi melampaui yang sudah berpengalaman. Kami diajar guru yang sebagian besarnya tanpa latar belakang pendidikan dan keagamaan. Tapi kalau diniatkan Islam dasarnya, pasti akan indah kan?

Semua begitu manis, sampai hadir kenyataan pedas beberapa tahun yang lalu bahwa kami tidak akan pernah bisa reuni lagi, entah sampai kapan, yang berarti mungkin selamanya. Dan kenyataan pahit juga, kabar beberapa hari sebelum kami ujian, kini kami tak lengkap lagi. Mudah-mudahan amal sahabat kita diterima di sisi Allah. Aamiin.

Masih terlalu menyakitkan sampai sekarang, jika melewati Klebengan, kulihat GOR mewah yang selalu kosong tegak dengan angkuh. Tetap berusaha kucari di utaranya, namun tentu saja tidak akan pernah kutemukan SD di sana. Aku masih tidak mau percaya, tapi kenyataan ini terlalu pedas ya? Mengapa pedas? Karena membangkitkan emosi.

Apalagi, saat mengisi registrasi masuk perguruan tinggi, dan ternyata ditanyakan alamat SD. Aku bingung, harus menjawab apa. Maka kujawab saja alamat yang lama. Di sanalah aku dulu bersekolah, masak ya kujawab dengan alamat yang sekarang? Dan gemas bukan main membaca berita yang sebenarnya sudah lama dan sebenarnya juga sudah tahu ini


GOR Klebengan Ditarget Tuntas Juni
Friday, 20 April 2012 10:12
GOR Klebengan Ditarget Tuntas Juni
SLEMAN - Lama tak disorot publik, pembangunan Gelanggang Pemuda, Kesenian, dan Olahraga (GOR) Klebengan di Caturtunggal, Depok, Sleman telah mencapai babak baru. Saat ini megaproyek dengan dana hibah dari Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemenegpora) sebesar Rp 9,9 miliar itu dalam tahap pembangunan.
Ketua Komite Pembangunan GOR Mujiman menuturkan, dari total dana yang ada hanya sekitar Rp 7 miliar yang telah dibelanjakan. Sisanya masih ada di tabungan untuk keperluan pembangunan sektor lain.
Pelaksana proyek adalah PT Asti Wijaya. ”Proyek ini direncanakan selesai pada Juni mendatang,” ujar Mujiman ditemui di GOR Pangukan kemarin (19/4).
Usulan megaproyek itu mengemuka sejak akhir tahun 2009. Dalam perjalannya menemui berbagai hambatan sehingga proyek baru bisa dimulai sekitar awal 2012.
Mujiman mengatakan, telah mengajukan pengunduran waktu pembangunan ke Kemengpora. Meskipun hibah telah dikucurkan ke rekening tabungan komite. ”Dana memang sempat berbunga. Tapi, bunga sudah disetor ke kas negara,” kata Mujiman, yang juga ketua KONI Sleman.
Langkah itu ditempuh karena Mujiman tak ingin ada batu sandungan dalam pelaksanaan proyek GOR Klebengan. Mujiman mengaku selalu konsultasi dengan Inspektorat Kemenegpora agar senantiasa memantau jalannya proyek. Ini agar tak terjadi penyimpangan berujung korupsi.
Menurut Mujiman, salah satu hal yang menghambat pekerjaan adalah pembebasan lahan. GOR didirikan di atas lahan seluas 1,7 hektare yang merupakan tanah kas Desa Caturtunggal.
Karena itu, proses perizinan harus sampai gubernur. Selain itu, sejak direncakan proyek ini mendapat penolakan dari Komite SDIT Salman Al-Farisi.
Itu lantaran di tepi Lapangan Klebengan awalnya terdapat gedung sekolah milik Pemkab Sleman yang disewa pengelola SDIT. Pemkab Sleman ngotot GOR harus berdiri sehingga siswa SDIT harus dipindahkan ke lokasi lain. Grand desain GOR Klebengan guna mewadahi tiga kepentingan sekaligus. Yakni, olahraga, kesenian, dan kepemudaan atau kegiatan masyarakat. Lapangan sepak bolah tetap dipertahankan. Hanya pada bagian tepi sebelah utara ditambah fasilitas untuk olahraga panjat dinding dan lapangan basket dengan pola permainan tiga lawan tiga.
Anggota Komisi C DPRD Sleman Huda Tri Yudiana mendesak pemerintah memperketat pengawasan proyek. Sebab, ujar dia, GOR merupakan bangunan milik publik dengan uang rakyat.
”Kami juga turut memantau meski secara kewenangan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah,” ujarnya. 
Sebelumnya, Kajari Sleman Juniman Hutagaol pernah menuturkan pihaknya siap ikut mengawasi pelaksanaan proyek GOR Klebengan. Menurut  Juniman  tiap proyek besar yang berpotensi menimbulkan tindak pidana korupsi harus diawasi. Tak hanya oleh kejaksaan tapi juga elemen masyarakat secara luas.
”Prinsipnya, jika ada temuan segera laporkan. Kami tentu akan menindaklanjutinya. Itu berlaku untuk proyek apa saja yang ada indikasi penyelewengan,” tegas Juniman. (yog/amd)

http://www.radarjogja.co.id/component/content/article/2-utama/24732-gor-klebengan-ditarget-tuntas-juni-.html

Apalagi membaca ketikan dari hati ke hati ini

Sehubungan dengan (adanya project yg katanya dari APBN pdhal Pemda g tau....lucu ya....??) keberadaan SDIT SALMAN AL FARISI (SDIT SAF)yg berkedudukan d Klebengan sleman akan d relokasi secara "paksa", krn akan segera d bangun Gelora Remaja dengan nilai yg fantastis 9,9 M d ambil dari APBN.....

Ini menyangkut masa depan anak bangsa yg kelak juga akan jadi remaja & orang tua......
D SDIT SALMAN ini anak2 tumbuh & berkembang, memimba ilmu, belajar banyak hal dari alam, lingkungan, para ustadz&ustadzah bersama orang tua semua elemen&keluarga.Salman berusaha menyediakan lingkungan &suasana yg mendukung untuk tumbuh kembang anak.
Walaupun dengan kondisi yg cukup bagi kami pertumbuhan&perkembangan anak dari semua segi adalah tujuan kami..... anak2bisa mengekspresikan apa yg ada dlm diri mereka dengan tetap berada d koridor tarbiyatul islam. Akal, hati&motorik semua bersinergi untuk membangun anak bangsa yang berkarakter......

Dengan tiba2 tanpa sosialisasi datang beberapa orang membentangkan alat ukur, mengukur tanah dari berbagai arah.....padahal ananda sedang menuntut ilmu.... Apa&bagaimana perasaan mereka.....????? ada apa dengan sekolah kita.....???? mau d apakan sekolah kita Ustdz.....????? Begitulah kira2 pertanyaan yg terlontar dari mulut polos mereka....
Kami para guru& orang tua saja bingung bukan kepalang...... ada apa gerangan????

Audiensi dengan pihak terkait sudah kami lakukan dengan inisiatif dari kami.....untuk menanyakan apa sebetulnya yg akan d rencanakan untuk SAF.

Segala upaya&proses masih terus kami usahakan demi anak2.......


https://www.facebook.com/pages/Dukung-Salman-Al-Farisi-tetap-di-Klebengan-Sleman-Jogja/159816130716933?sk=info

Sepenting apasih, GOR itu harus dibangun? Memangnya tidak ada GOR lain? Memangnya tidak ada tempat lain? Dan memangnya sampai 9,9 M? Kelihatannya tidak istimewa tuh. Apalagi, GOR itu sampai sekarang belum pernah tampak terpakai. 9,9 M melayang mubadzir, ditambah perasaan terluka para siswa, guru, alumni, dan orang tua.

Apalagi ada orang tua yang berkomentar. Tapi ini konteksnya bercanda lhoh. Senyum dulu dong :D "Makanya, jangan melawan orang beriman. Mau nggusur SDIT, malah jadinya gagal nyalon ketum, ketahuan korupsi, nggak jadi mentri lagi, ;p Didoain kali ya sama guru-gurunya?"

Sampai saat ini, masih bercita-cita reuni lagi, tidak apalah tidak lengkap, naik pohon akasia, duduk di atas perosotan bekas TK yang teduh dan rindang, berlari-lari di lapangan, mengejar kawanan burung kecil, mengumpulkan belalang dan kupu-kupu, dan... bisa bebas keliling UGM keluar-masuk, nyobain kamar mandi, naik turun tangga, mencicipi lift, melewati bawah atau atas pagar, bermain di bawah pohon beringin, duduk-duduk di jembatan, lari-lari di GORnya, dan berjalan-jalan menyusuri Selokan Mataram.

Kapan lagi belajar di atas rumput, menggelar tikar atau karpet, sambil membawa gelas-gelas air, dan mengemil gorengan atau biskuit? Kapan lagi bisa beli bakso yang Enak, Murah, Halal, Aman, kapanpun mau, plus melihat prosesnya? Masihkah bisa bermain tanah, pasir, rumput, daun, tanpa alas kaki? Kapan lagi  bisa naik pohon atau perosotan, menikmati sejuknya udara?

Semua tak akan pernah sama, tapi suatu saat nanti aku ingin membuat SD yang dilandasi Islam, dengan guru-guru dan murid-murid dari beraneka latar belakang, pohon-pohon akasia, perosotan besar, lapangan sepak bola, hutan kecil, belalang, burung kecil, kupu-kupu, dan... warung bakso yang Enak, Murah, Halal, Aman :D

Mudah-mudahan GOR tersebut, simbol "Menggusur Pendidikan Demi Olahraga" , dapat dimaksimalkan potensinya, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Masak sudah menyakiti banyak orang, mengeluarkan banyak uang, akhirnya mubadzir begitu saja?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Angka 100

Di usia blog yang sudah 100 post ini, mungkin bisa terbilang bagus lah. Memasuki bulan ke-10, post ke-100, dengan 795 pengunjung. Termasuk bagus untuk ukuran orang seperti saya :) Buat banyak orang, 100 melambangkan kesempurnaan. Melambangkan kepenuhan, kepadatan, kepastian, kecukupan. Buat pelajar, 100 adalah nilai maksimal yang sempurna tanpa cela sedikit pun. Dalam prosentase, 100% menunjukkan sepenuhnya, kepastian, keseluruhan. Tapi bagi blogger, 100 postingan bukan angka yang sempurna. Masih perlu banyak perbaikan dan perkembangan. Apalagi dalam keuangan. 100, terutama 100 rupiah adalah jumlah yang sangat sedikit. Walaupun untuk beberapa mata uang lain termasuk banyak. Tapi tidak ada kata puas dalam mengejar uang bukan? "Ini adalah postingan saya yang ke-100!" Sebuah titik tolak untuk mengembangkan blog ini. :| Blog ini tentunya masih berantakan sekali. :) Tadi waktu liat udah bikin 99 post jadi nemu inspirasi baru buat ngetik ini. Entah kenapa, mungkin post yang ke-100

Egosentrisme dan Sudut Pengambilan Gambar

Egosentrisme adalah ketidakmampuan anak-anak yang masih berada pada tahap perkembangan sensori-motori (sekitar usia 2-6 tahun). Contohnya, anak itu belum bisa memahami kalau keempat gambar ini memiliki objek yang sama. [dari buku Santrock, Life Span Development. Teorinya Piaget] Orang dewasa yang secara teori perkembangan seharusnya sudah tidak egosentris, tentu tahu bahwa suatu realita yang sama bisa ditampilkan dengan beberapa cara yang berbeda. Saya sedang tertarik dengan foto demo. Di sini saya membantah kata-kata seorang teman yang saya sayang "yang tertarik buat ngelirik aksi cuma 'anak aksi' juga". Saya bukan anak aksi tapi saya suka pengen tau sama orang aksi. Kan kadang ada aksi yang nggak jelas pesan yang disampaikan itu apa. Bukannya aksi itu salah satu tujuannya juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang persoalan itu ya? Lah kalo udah teriak-teriak, bawa banyak atribut, udah ada massa aksi yang dandan juga, tapi saya yang cukup

TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi

ASMA KARIMAH TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya, namun wanita-wanita negrinya sudah terbata-bata membaca cita-citanya. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi . Sementara Kartini sesungguhnya semakin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya. Penerbit Hanifah buku muslimah dan keluarga Daftar Pustaka : Asma Karimah, TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi . Penerbit Hanifah, 1994 (cetakan kelima).