Langsung ke konten utama

Orang-Orang Menggemaskan

Ada orang-orang hebat yang menyimpan kehebatannya dalam-dalam. Orang yang tinggal seatap belum tentu mengetahuinya. Dia hebat sekali, sungguh. Tapi kehebatannya harus ditutup rapat, dibuang kuncinya, lalu dilupakan. Untuk orang-orang seperti itu, merekalah yang paling tepat kamu tanya tentang keikhlasan.Untuk mereka, kita harus menahan gemas benar-benar untuk tidak membicarakan kehebatan mereka.

Ada orang-orang hebat yang enggan menunjukkan kehebatannya. Seperti singa yang menyembunyikan taringnya. Seperti naga yang menyembunyikan apinya. Ini lebih menggemaskan lagi. Kamu ingin mereka jadi inspirasi, tapi mereka tak suka bercerita tentang kehebatannya sendiri. Mungkin kita perlu menjitak bersama orang-orang seperti ini. Jika yang sungguh hebat dipendam, yang akan tumbuh dan tersebar adalah mereka yang sok hebat dibuat-buat.

Ada juga orang pemberani yang diam saja disebut penakut. Orang-orang mengecapnya berada di zona aman nan nyaman, padahal begitu dalam jurang yang dia lompati, begitu tinggi tebing yang ia seberangi. Mengapa orang-orang gemar sekali menyimpulkan ketika belum tahu seratus persen kenyataan? Kali ini kita gemas pada para tukang komentar yang merasa tahu dan hobi berasumsi ini-itu.

Tapi yang paling menggemaskan dari seluruh cerita ini, adalah si penakut yang sok pemberani. Dia memuja egonya sendiri, memperjuangkan dirinya sendiri, membela pendapatnya sendiri. Dia berada di tempat paling aman dan nyaman, dan hanya menjatuhkan orang yang tidak tegaan. Lalu berlindung di balik hujan pujian dan penghargaan, serta titel keberanian yang disematkan orang-orang sok tahu lainnya.

Ah, benar. Rupanya yang paling menggemaskan bukan dia, tapi orang-orang yang penuh prasangka itu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Angka 100

Di usia blog yang sudah 100 post ini, mungkin bisa terbilang bagus lah. Memasuki bulan ke-10, post ke-100, dengan 795 pengunjung. Termasuk bagus untuk ukuran orang seperti saya :) Buat banyak orang, 100 melambangkan kesempurnaan. Melambangkan kepenuhan, kepadatan, kepastian, kecukupan. Buat pelajar, 100 adalah nilai maksimal yang sempurna tanpa cela sedikit pun. Dalam prosentase, 100% menunjukkan sepenuhnya, kepastian, keseluruhan. Tapi bagi blogger, 100 postingan bukan angka yang sempurna. Masih perlu banyak perbaikan dan perkembangan. Apalagi dalam keuangan. 100, terutama 100 rupiah adalah jumlah yang sangat sedikit. Walaupun untuk beberapa mata uang lain termasuk banyak. Tapi tidak ada kata puas dalam mengejar uang bukan? "Ini adalah postingan saya yang ke-100!" Sebuah titik tolak untuk mengembangkan blog ini. :| Blog ini tentunya masih berantakan sekali. :) Tadi waktu liat udah bikin 99 post jadi nemu inspirasi baru buat ngetik ini. Entah kenapa, mungkin post yang ke-100

Egosentrisme dan Sudut Pengambilan Gambar

Egosentrisme adalah ketidakmampuan anak-anak yang masih berada pada tahap perkembangan sensori-motori (sekitar usia 2-6 tahun). Contohnya, anak itu belum bisa memahami kalau keempat gambar ini memiliki objek yang sama. [dari buku Santrock, Life Span Development. Teorinya Piaget] Orang dewasa yang secara teori perkembangan seharusnya sudah tidak egosentris, tentu tahu bahwa suatu realita yang sama bisa ditampilkan dengan beberapa cara yang berbeda. Saya sedang tertarik dengan foto demo. Di sini saya membantah kata-kata seorang teman yang saya sayang "yang tertarik buat ngelirik aksi cuma 'anak aksi' juga". Saya bukan anak aksi tapi saya suka pengen tau sama orang aksi. Kan kadang ada aksi yang nggak jelas pesan yang disampaikan itu apa. Bukannya aksi itu salah satu tujuannya juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang persoalan itu ya? Lah kalo udah teriak-teriak, bawa banyak atribut, udah ada massa aksi yang dandan juga, tapi saya yang cukup

TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi

ASMA KARIMAH TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya, namun wanita-wanita negrinya sudah terbata-bata membaca cita-citanya. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi . Sementara Kartini sesungguhnya semakin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya. Penerbit Hanifah buku muslimah dan keluarga Daftar Pustaka : Asma Karimah, TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi . Penerbit Hanifah, 1994 (cetakan kelima).