Langsung ke konten utama

Makan Siang dan Berat Badan

Inikah kuliah? Tak ada yang berubah. Selain kata maha di depan siswa dan waktu luang siang-siang. Dan seperti biasa, waktu luang adalah untuk membaca dan memikirkan berita-berita yang berseliweran dimana-mana.

Satu lagi yang berubah adalah soal makan siang. Dulu waktu SMA, sepulang sekolah bisa jadi ada praktikum, ekskul, atau pergi main ke suatu tempat, mungkin melanglang buana mencari ilmu dari forum ke forum, atau membahas sesuatu.

Membawa bekal tidak banyak membantu. Waktu istirahat siang dari sekolah habis untuk shalat dzuhur. Sepulang sekolah, mungkin baru sempat. Atau kumakan saat perjalanan pergi kalau dapat tempat duduk. Atau saat perjalanan pulang kalau dapat tempat duduk. Tapi yang paling sering, kumakan ketika sudah sampai di rumah. :D

Dengan segala aktivitas SMA yang memenuhi hari-hari, membutuhkan fisik, dan pikiran, akupun menumpang timbangan di apotek seberang sekolah. Setelah hari-hari berlalu penuh kelelahan tanpa makan siang, kusaksikan berat badanku naik empat kilogram. Itu... !

Sekarang, setelah tidak sekolah lagi, aku selalu punya waktu untuk makan siang. Dan berat badan juga naik empat kilogram. Selamat :))

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Angka 100

Di usia blog yang sudah 100 post ini, mungkin bisa terbilang bagus lah. Memasuki bulan ke-10, post ke-100, dengan 795 pengunjung. Termasuk bagus untuk ukuran orang seperti saya :) Buat banyak orang, 100 melambangkan kesempurnaan. Melambangkan kepenuhan, kepadatan, kepastian, kecukupan. Buat pelajar, 100 adalah nilai maksimal yang sempurna tanpa cela sedikit pun. Dalam prosentase, 100% menunjukkan sepenuhnya, kepastian, keseluruhan. Tapi bagi blogger, 100 postingan bukan angka yang sempurna. Masih perlu banyak perbaikan dan perkembangan. Apalagi dalam keuangan. 100, terutama 100 rupiah adalah jumlah yang sangat sedikit. Walaupun untuk beberapa mata uang lain termasuk banyak. Tapi tidak ada kata puas dalam mengejar uang bukan? "Ini adalah postingan saya yang ke-100!" Sebuah titik tolak untuk mengembangkan blog ini. :| Blog ini tentunya masih berantakan sekali. :) Tadi waktu liat udah bikin 99 post jadi nemu inspirasi baru buat ngetik ini. Entah kenapa, mungkin post yang ke-100

Egosentrisme dan Sudut Pengambilan Gambar

Egosentrisme adalah ketidakmampuan anak-anak yang masih berada pada tahap perkembangan sensori-motori (sekitar usia 2-6 tahun). Contohnya, anak itu belum bisa memahami kalau keempat gambar ini memiliki objek yang sama. [dari buku Santrock, Life Span Development. Teorinya Piaget] Orang dewasa yang secara teori perkembangan seharusnya sudah tidak egosentris, tentu tahu bahwa suatu realita yang sama bisa ditampilkan dengan beberapa cara yang berbeda. Saya sedang tertarik dengan foto demo. Di sini saya membantah kata-kata seorang teman yang saya sayang "yang tertarik buat ngelirik aksi cuma 'anak aksi' juga". Saya bukan anak aksi tapi saya suka pengen tau sama orang aksi. Kan kadang ada aksi yang nggak jelas pesan yang disampaikan itu apa. Bukannya aksi itu salah satu tujuannya juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang persoalan itu ya? Lah kalo udah teriak-teriak, bawa banyak atribut, udah ada massa aksi yang dandan juga, tapi saya yang cukup

TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi

ASMA KARIMAH TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya, namun wanita-wanita negrinya sudah terbata-bata membaca cita-citanya. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi . Sementara Kartini sesungguhnya semakin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya. Penerbit Hanifah buku muslimah dan keluarga Daftar Pustaka : Asma Karimah, TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi . Penerbit Hanifah, 1994 (cetakan kelima).