Langsung ke konten utama

Perempuan dan Pelacuran

Saya perempuan. Saya malu melihat atau mengetahui perempuan lain memakai pakaian yang terlalu terbuka. Entah mengapa mereka yang melakukan tidak malu. Saya tidak habis pikir. Atau jangan-jangan, mungkin ada yang malu ketika melihat saya berjilbab diulur tidak dililit, dan pakai rok panjang, dirangkap celana panjang pula. Mungkin ada. Entahlah.

Tapi yang jauh lebih menyesakkan, ketika seorang pejabat, perempuan, berjilbab, yang menolak menutup pelacuran karena menurutnya PSK adalah pahlawan. Ya Allah, beliau butuh psikolog! Ilmu pengetahuan mana, nilai mana, norma mana, agama mana, yang menyetujui pernyataan itu?! Oh, ada LSM yang setuju, yang bicara perempuan juga! Ya Allah!

Katanya para PSK pahlawan keluarga, mereka bekerja demi hidup keluarga. Lalu, mengapa solusinya adalah lokalisasi tetap ada? Bukan menambah lapangan pekerjaan? Eh iya, suaminya kemana? Ayahnya kemana? Pamannya kemana? Saudara laki-lakinya kemana? Itu kan kewajiban mereka. Kok perempuan yang harus bekerja, menjual dirinya pula! Eh iya, emansipasi ya?

Itukah yang disebut membela hak perempuan? Memperjuangkan nasib perempuan? Peduli perempuan. Entah LSM apa itu. Dengan mengizinkan perempuan mencari nafkah dengan menjual diri? Mencari nafkah itu kewajiban laki-laki, Ibu Cantik. Itulah mengapa mereka disebut kepala rumah tangga.

Pejabat dan LSM itu, mereka perempuan, kan? Bagaimana perasaan suami dan anak-anak mereka bila mengetahui pernyataan menyakitkan ibunya? Perempuan itu tiang negara, Bung! Jika perempuannya rapuh, runtuhlah negara!

Tulisan berantakan dengan penuh kegemasan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Angka 100

Di usia blog yang sudah 100 post ini, mungkin bisa terbilang bagus lah. Memasuki bulan ke-10, post ke-100, dengan 795 pengunjung. Termasuk bagus untuk ukuran orang seperti saya :) Buat banyak orang, 100 melambangkan kesempurnaan. Melambangkan kepenuhan, kepadatan, kepastian, kecukupan. Buat pelajar, 100 adalah nilai maksimal yang sempurna tanpa cela sedikit pun. Dalam prosentase, 100% menunjukkan sepenuhnya, kepastian, keseluruhan. Tapi bagi blogger, 100 postingan bukan angka yang sempurna. Masih perlu banyak perbaikan dan perkembangan. Apalagi dalam keuangan. 100, terutama 100 rupiah adalah jumlah yang sangat sedikit. Walaupun untuk beberapa mata uang lain termasuk banyak. Tapi tidak ada kata puas dalam mengejar uang bukan? "Ini adalah postingan saya yang ke-100!" Sebuah titik tolak untuk mengembangkan blog ini. :| Blog ini tentunya masih berantakan sekali. :) Tadi waktu liat udah bikin 99 post jadi nemu inspirasi baru buat ngetik ini. Entah kenapa, mungkin post yang ke-100

Egosentrisme dan Sudut Pengambilan Gambar

Egosentrisme adalah ketidakmampuan anak-anak yang masih berada pada tahap perkembangan sensori-motori (sekitar usia 2-6 tahun). Contohnya, anak itu belum bisa memahami kalau keempat gambar ini memiliki objek yang sama. [dari buku Santrock, Life Span Development. Teorinya Piaget] Orang dewasa yang secara teori perkembangan seharusnya sudah tidak egosentris, tentu tahu bahwa suatu realita yang sama bisa ditampilkan dengan beberapa cara yang berbeda. Saya sedang tertarik dengan foto demo. Di sini saya membantah kata-kata seorang teman yang saya sayang "yang tertarik buat ngelirik aksi cuma 'anak aksi' juga". Saya bukan anak aksi tapi saya suka pengen tau sama orang aksi. Kan kadang ada aksi yang nggak jelas pesan yang disampaikan itu apa. Bukannya aksi itu salah satu tujuannya juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang persoalan itu ya? Lah kalo udah teriak-teriak, bawa banyak atribut, udah ada massa aksi yang dandan juga, tapi saya yang cukup

TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi

ASMA KARIMAH TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya, namun wanita-wanita negrinya sudah terbata-bata membaca cita-citanya. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi . Sementara Kartini sesungguhnya semakin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya. Penerbit Hanifah buku muslimah dan keluarga Daftar Pustaka : Asma Karimah, TRAGEDI KARTINI Sebuah Pertarungan Ideologi . Penerbit Hanifah, 1994 (cetakan kelima).